|
Ternyata kamu cuma robot bro!☺😕
|
Ada yang
menggelitik hati setiap buka whatsaap, karena secara reflek jari dan mataku
akan mencari orang yang bernama Jodi.
Gak tau kenapa, rasa penasaran kadang lebih berkuasa dari realitas.
“Panggil saja saya
Jodi, sist,” katanya padaku suatu hari ketika aku bertemu dengannya di ruang
chatting whatsaap.
“Sist, siapa namanya?”
tanyanya padaku. Ada ragu menyebut nama diri. “Dazzling,” kataku, nama yang
selalu aku semat hampir di semua medsosku. “Ok,” jawabnya singkat tanpa
basa-basi, rasa tidak nyaman segera saja menyergapku. Dia berkata jujur dengan
namanya, sedang aku memakai fake name. Jantungku berdegup kencang,
segera aku mengetik “panggil saya sist Hani” dan swiinggg… hatiku serasa ringan
banget dengan kejujuranku ini.
Mengenal dia sebenarnya
itu karena ketidaksengajaan saja, ada grup whatsaap yang mempersatukan kita.
Kayaknya gak menarik banget kalau hanya sekedar ngebahas whatsaap grup, yang
menarik itu, “kenapa aku bisa tertarik padanya?’ Ahahhaha nah itu pertanyaan
yang harus dijawab.
“Mungkin dia cakep!”
“Keren ya dia!”
“Kaya kali dia, jadi lo
suka!”
Dan berbagai alasan
lain yang teman-temanku sodorkan padaku kalau aku tetiba membahas dia pada mereka.
Tapi dari semua itu gak ada yang benar.
“Maksudnya?”
Maksudnya bukan berarti
dia gak cakep, bukan berarti dia gak keren atau bukan berarti dia gak kaya, itu
semua bukan alasan aku menyukainya. Alasan sebenarnya, karena sejak awal dia
sudah mencuri hatiku dengan kecerdasannya.
Ya, dimataku dia terbilang ke dalam jajaran orang cerdas bin pintar untuk
setingkat usianya. Jangan dibandingkan dengan orang yang berbeda usia atau genre ya, itu
gak fair namanya. Ibarat
membandingkan monyet dan kuda, yang memiliki keahlian yang berbeda dalam
memanjat dan berlari ☺
Kalau ngomongi orang
pintar saja sih di Indonesia ini banyak banget. Orang-orang pintar - pintar
berdusta maupun pintar bersandiwara - kayak politikus sampah, atau para penjual
agama itu, eeh maksudnya kayak penjual minyak wangi ups!
Ada juga yang lagi
rame-ramenya sekarang ini… itu loh orang nomer satu di Ibu kota "The Jack" yang berfoto sambil memegang buku berjudul “How Democracies Die” karya penulis
Steven Levitsky yang seorang Profesor Yahudi itu. Sangat mudah dibaca, pesan apa
yang ingin disampaikannya lewat fotonya itu. Berbeda dengan orang nomor
satu di "Nederlandsch Oost-Indie" yang memegang buku komik “si Juki” pemuda Betawi yang hobi makan
jengkol dan punya misi menyelamatkan sebuah negara bernama "Hindia" dari hantaman meteor. Jomplang
banget kan kalau dilihat dari bacaaannya! Komentarku sih ketika melihat foto
itu di medsos, ya seperti di bawah ini,
“Bacaannya ceritanya berat2 biar dibilang cerdas,
makanya omongannya hasil kutipan dari buku yang dibaca ketimbang hasil
pemikirannya. Mending Baca yang ringan2, tapi omongannya hasil buah pikirannya
bukan hasil ngutip dari buku wkwk”
Duh,duh,duh… kejauhan ngelantur, back to topic about him alias si dia deh!
Yaa.. gitu deh, kalau
ditanya kenapa aku menyukainya. Tapi jangan geer ya kamu, kamu itu cuma
fantasiku belaka, aku sadar karena kamu antara ada dan tiada.
Kamu itu ada di saat
aku sapa, “Hi… busy?” lalu kamu jawab,” I'm a bit busy now.. For my sister's
wedding..” lalu kamu pun akan segera tiada alias menghilang… ahahha.
Lalu aku menulis ini di
sticky note komputerku,
“Ada yang tak sadar
dirindukan, ada yang cemburu tapi gak berhak”
Dan kesadaranku pun
tetiba pulih…
“Haii… kamu ngapain
mikirin dia! Dia itu cuma mampir, harusnya sediain kopi bukan hati… tambahin
sianida kopinya” jiiaaahhh
Tapi itu juga cuma
fantasiku semata, karena sebenarnya rasa itu tidak pernah hilang seperti
lagunya Ade Govinda feat Fadly “Tanpa Batas Waktu” tapi dinyanyi-innya versi
ceweknya ya (cover Nadia&Yoseph) biar lebih kerasa gitu hehe…
Lalu aku…
Pura-pura cuek, tapi
sebenernya ingin dicari.
Pura-pura gak ada kabar
tapi sebenernya takut kamu semakin jauh.
Kadang sebenernya cuma
pengen disayang dan dikhawatirin sama kamu.
Yang jadi pertanyaan
kamunya itu berwujud gak? J
Hahhaha
Jadi, sebenernya aku
hanya berfantasi sama robot penjawab saja kan?! Aku bertanya, dia menjawab. Aku
tidak bertanya, dia tidak jawab apa-apa. Apa yang harus aku khawatirkan dari
robot penjawab kalau begitu? Atau jangan-jangan dia robot jaman now yang dilengkapi dengan emosi
juga? Seperti satu film yang pernah aku tonton beberapa waktu lalu, tapi aku lupa judulnya. J
Btw, fantasy must break! Ya, aku harus
menghentikan fantasiku. Sedang Sang Maestro yang kebelet ingin jadi orang nomor
satu di "Hindia" itu, harus memelihara fantasinya, karena melibatkan banyak orang dan golongan pengusungnya, minimal sampai pilpres menjemput.
Dan menurutku, sejatinyalah ia itu lebih cocok 'Pegang Buku" ketimbang pegang APBD,.. uang rakyat yang hobinya dihambur-hamburkan untuk kepentingan golongannya itu, haiya!.
Di luar terdengar suara
orang bertakbir dengan suara berteriak keras-keras, padahal ada dikisahkan Rasulullah
SAW pernah menegur rombongan sahabat yang ikut seperjalanan dengannya karena
bertakbir terlalu keras serupa teriak.
Aku cuma berpikir, mungkin mereka lupa... atau pura-pura tidak tau. Upppss!
Buat kamu yang ada dan
tiada
Dari aku Si penikmat
waktu
#EdisiNulisIseng
Jakarta, 23 November
2020
Salam,
Auntie "eMDi" Dazzling