Translator

Tampilkan postingan dengan label Monday Flashfiction. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Monday Flashfiction. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Mei 2017

Selendang Pemberian Ibu

 





Bulan lalu, ibu memberiku sehelai selendang berwarna merah cerah. Ia bilang, kelak suatu hari selendang itu diperlukanku, ketika aku mencoba menolak pemberiannya itu. Tapi, ternyata omongan ibu itu betul, selendang pemberiannya ternyata paling sering aku pakai ke mana saja daripada pasmina-pasminaku. Ia selalu berada tak jauh dari tubuhku. Kadang ia melindungiku dari dingin, dengan menutup pundakku, atau kadang ia hanya berslempangan saja di leherku dengan bebasnya.

Entah mengapa, memakai selendang pemberian ibu rasanya nyaman sekali. Aku serasa dekat dengannya, meski nyatanya hanya selendang pemberiannya saja yang dekat denganku. Tarno, pacarku yang orang keturunan Jawa Lampung itu pun sempat memuji, katanya selendangnya cantik, secantik si pemakai. Dipuji oleh pacar seperti itu siapa yang tidak senang. Dan, gara-gara  ini pula aku dan pacarku semakin dekat dan mesra.

Suatu hari, kami pergi berjalan-jalan ke kebun teh. Hawa yang dingin membuat kami saling merapatkan diri lebih dekat. Tarno mengikat kami berdua dengan selendang, dengan tali simpul yang dibuat asal-asalan. Tak berapa lama hujan rintik turun, kami mencari saung untuk berteduh. Kami memilih saung yang jaraknya dekat-dekat saja. Sampai di saung, tali simpul selendang aku buka, selendang  kugelantungkan di leherku. Kulihat Tarno merebahkan badan, aku hanya duduk sambil memeluk kakiku. Tanpa aku duga Tarno menarikku, aku terjatuh dengan posisi tubuh menindihnya. Wajahku tepat berada di atas wajahnya. Dalam sekejap ia mengulum bibirku, tangannya mencoba masuk ke dalam kemejaku. Aku berontak dan mencoba menjauhkan tubuhku darinya. Tapi tangannya lebih kuat dariku, satu tangan menahan tubuhku, dan satunya bergerilya dalam bh-ku. Sekarang posisiku bukan di atasnya, tapi sebaliknya ia berada di atasku. 

Ada sesosok devil sedang tertawa di matanya.  

Tiba-tiba aku teringat ibu. Selendang kutarik, hanya dalam hitungan detik sudah berada di leher Tarno. Sekarang matanya melotot, lidahnya menjulur, Tarno terbujur kaku di atasku.  

Tawa sang devil sirna dari mata Tarno.

Dan, sekarang ia bersamaku.



 ***
300 Kata


Note : Hahhaha niatnya ingin ikutan #MondayFF, tapi gak jadi.




 Salam, 
Auntie 'eMDi' Dazzling


Selasa, 04 Agustus 2015

Prompt #84 - Majikan



Sumber

Uhuk uhuk uhuk...
Suara batuknya terdengar lagi, aku mengintip dari balik gorden pembatas kamar tidur dan ruang tamu kamar majikanku. Majikanku seorang bapak tua berusia sekitar tujuh puluh dua tahun yang hidup sebatang kara. Profesinya sebagai pembuat boneka cetakan membuatnya jarang bergaul dengan orang lain. Selain aku, hanya boneka-boneka yang bertebaran di rumahnya lah yang menemaninya.

Sebagai seorang majikan, ia termasuk seorang pemurah hati. Jatah makan siangku selalu enak, aku rasa si Inem pembantu seberang rumah tentunya makan daging saja paling banter kalau hari Raya Lebaran saja. Berbeda denganku yang kapan saja bisa makan enak.

Pagi ini ada seorang ibu bertamu, raut wajahnya  tampak kusut dan sedih.

"Pak, tolong saya! Buatkan saya boneka yang wajahnya sama persis dengan anakku yang hilang sebulan lalu," katanya sambil menyodorkan sebuah foto pada majikanku. Aku mencoba mencari tau wajah dari gambar si anak yang dimaksud si ibu. Mataku mencuri pandang. Deg! Jantungku rasanya hampir copot, wajah gadis itu sangat familiar buatku.

Majikanku manggut-manggut.

"Buat apa bu?"
"Supaya saya masih bisa melihat anak saya mesti hanya dalam bentuk boneka."

Tak lama kulihat majikanku mengantar si ibu sampai di pintu gerbang. 

"Susi...!" Ia memanggilku. Aku diam. Jantungku berdebar-debar.

Dilemparkannya sebongkah daging berbentuk paha padaku, bongkahan dari satu tubuh yang sama yang  dalam seminggu ini aku makan. Aku hanya mengendusnya, tak ada hasrat memakannya. Foto yang aku lihat tadi sama persis dengan salah satu boneka plastik buatan majikanku yang cetakannya ia buat dari wajah gadis kecil dalam foto itu.

Tiba-tiba saja aku teringat anakku yang dibantai dan dimakannya. Dogs not for feed! Mas bro.

"Guukkk guuk guukk....!" Aku menyalak. Kemudian aku menerjang, menggigit dan mencabik-cabik tubuhnya. Sama seperti ketika ia memutilasi anak-anak kecil tak berdosa itu.

***

261 Kata


SAYA SUKSES - THE SECRET

The Secret - Rhonda Byrne Datangnya lebih awal. Di luar dugaan. Semesta telah bekerja begitu cepat buat saya. Ini adalah pelajaran berharga ...