Translator

Tampilkan postingan dengan label Jejak yang tersurat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jejak yang tersurat. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Oktober 2018

Roadtrip - Berlibur ke Australia Barat



Mau wisata bersama keluarga ke luar negri?
Widiihh, mau banget!


Liburan bersama keluarga ke luar negri adalah salah satu impian saya, dan saya baru saja membaca sebuah tulisan di Kompas.com tentang roadtrip berlibur ke Australia Barat. Wow, baru membayangkannya saja saya sudah sangat exicited. Waktu saya membaca tulisan tentang berlibur di Australia Barat dengan roadtrip ini yang hal pertama yang muncul  di otak saya adalah berapa budget rupiah yang harus dikeluarkan andai saya dan keluarga berlibur ke negara Kanguru tersebut. Heemm pastinya cukup gede deh dana yang harus saya cadangkan, jika saya benar-benar ingin mewujudkan mimpi berlibur tersebut #puter otak deh 😏

Nampaknya, keinginan untuk berlibur ke Australia ini harus saya redam dulu, mengingat belum ada cadangan dana untuk itu. Tetapi ingat, REDAM bukan DIMATIKAN. Karena, kelak mimpi ini akan terwujud seiring kuatnya citra ini. Biar gambar mimpi saya itu tetap hidup, maka saya akan menghidupkan gambar mimpi itu di sini.

Trek mobil yang memudahkan pengunjung berkeliling di The Pinnacles, Taman Nasional Nambung, Australia Barat ((Kompas.com)

Suasana Kings Park di Fraser Avenue, Perth, Australia Barat.(Kompas.com/Nabilla Tashandra)

Sebenarnya tahun depan, tahun 2018, saya dan keluarga sudah ada ticket on hand  untuk berlibur ke beberapa negara Asia sekaligus. Ya, alasannya biar sekalian jalan, dua tiga negara tersinggahi. 😀 Tapi, yang namanya liburan ke negara empat musim itu adalah impian banget, makanya ketika saya baca liburan tak biasa ini langsung membuat angan saya ikut terbang. Haduh biyung, keinginan saya kok gede bingit sih! Ketertarikan untuk travelling ke berbagai negara berkulit putih itu sudah terpatri di hati sejak dulu, masa saya kecil. Dahulu, saya pernah melihat buku tentang negara-negara di dunia berikut peta dan hasil bumi dan alamnya. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah ketika saya membaca tentang negara terkecil di dunia Liechtenstein (Versi dulu, kalau versi Zaman now, saya enggak tahu apakah masih menjadi negara terkecil di dunia kah?). Seingat saya negara kecil ini berbatasan dengan negara Swiss, Austria dan Jerman. Batas lainnya saya lupa. 😜

Gambaran tentang Swiss dan si Negri imut itu dengan pemandangan alam yang indah, dan rumah-rumah desa yang menawan dengan background pegunungan yang mempesona tidak pernah hilang dari ingatan saya. Sejak saat itu, saya mempunyai cita-cita bisa berkunjung ke Swiss dan tentunya ke Liechtenstein ini. Angan saya terlalu tinggi, hingga mimpi untuk berkunjung ke dua negara tersebut tidak pernah pudar. Oya, sebenarnya masih ada satu lagi negara yang juga saya ingin kunjungi adalah England. Dan, mimpi untuk suatu hari menginjakan kaki ke negara-negara Eropa tersebut masih hidup hingga detik ini.
 
Jermannya mana ya?
   
Gambar yang pernah saya lihat, lebih indah dari ini lho!  (#credit Google)

Lucu ya bentuk rumahnya (#credit Google)
Pegunungan yang indah (#credit Google)


Sedikit out of topic. Saya mempunyai teman, sebutlah si Geulis. Dia sebenarnya kurang bisa berbahasa Inggris, tetapi dia orangnya berani dan sangat suka dengan bule. Hingga suatu hari dia bertemu dengan turis bule, laki-laki tentunya. Dari pertemuannya tersebut, dia diajak si bule ikut travelling keliling Indonesia. Dan, sssttt... menurut pengakuan dia sama saya, dia making love sama si bule. Shit! Off the record ah. Tapi bukan itu inti bahasannya! Ini yang dimaksud, beberapa tahun kemudian, si Geulis dapet kesempatan stay di Swiss mengikuti jejak pacarnya yang orang Indonesia dan mendapat bea siswa sekolah ke Swiss. Berhubung Swiss itu jaraknya cukup jauh dari Grogol, halah, maksudnya Indonesia, maka orang tua si Geulis menikahkan mereka dulu. Sampai di Swiss, dasar si Geulis ini orangnya kegatelan, ia malah melanjutkan hubungannya dengan si Bule yang pernah bertemu dengannya di Indonesia itu. Si Geulis dengan tidak segan mengirim surat buat cowok bulenya. FYI, bule ini masih abg lho usianya di bawah 20 tahunan, sedang si Geulis waktu itu sudah lulus kuliah usiannya sekitar 23 tahun. Dasar si Geulis ini tipe cewek perayu cap nenek sihir naekin sapu lidi, untuk dapetin hati si bule ini termasuk easy gels. Si Bule yang masih unyu-unyu ini bener-bener jatuh cinta. Hingga suatu hari mereka berjanji bertemu di perbatasan negara Swiss dan Austria. Oia, kebetulan bule ini orang Austria sodara-sodara sebangsa dan setanah air. Maka tanpa merasa berdosa si Geulis berjanji untuk menemui bule unyu ini di pos perbatasan kedua negara. Ternyata si Bule ini sudah bercerita tentang si Geulis kepada kedua orang tuannya, dan saat ini mereka sedang menunggu kedatangan si Geulis yang sudah janjian untuk bertemu itu. Mungkin si Bule gak pernah tahu bahwa Geulis sekarang sudah menikah, sehingga dia yakin banget kalau cinta mereka bak gayung bersambut. Iya sih, sebenarnya cinta itu bersambut, tapi apa boleh seorang perempuan sudah menikah punya hubungan spesial dengan lawan jenisnya? gak usah dijawab, pikir saja sendiri. Cuma yang jadi pikiran saya saat itu cuma satu, kasihan sekali si unyu bule ini kena tipu Geulis.

Alkisah, akhirnya Geulis dan Bule bener-bener bertemu di perbatasan, di sini Bule mengajak Geulis ke rumahnya saat itu juga, ia bahkan bilang pada Geulis bahwa ia ingin menikahi Geulis dan keinginannya itu sudah ia bicarakan dengan kedua orang tuanya, jelalahnya kedua orang tua Bule mengijinkan kemauan anaknya itu. Sampai di sini Geulis mulai merasa resah, apa ia harus ikut Bule atau kembali ke sang suami?

Dari lubuk hatinya yang paling kecil Geulis ingin mengikuti Bule, tapi ia juga bingung bagaimana nanti dengan Sang suami yang sekarang ini masih menuntut ilmu di negri bersalju ini?! Apa yang ia akan ceritakan pada keluarga besarnya di Indonesia? Bagaimana reaksi kedua keluarga besar ia dan suami??

Geulis and Bule  (Credit : Google)

Geulis memutuskan untuk tidak ikut, hatinya ciut untuk mengambil langkah besar mengikuti Bule. Bule imut, ganteng itu menangis tersedu-sedu, mungkin ia benar-benar sudah falling in love sama Geulis sampai ia memohon-mohon pada Geulis untuk ikut dengannya. Sayang banget, si Bule eggak pernah tau kalo Geulis sekarang sudah menikah, mungkin kalo ia tau belum tentu juga ia memohon sebegitunya pada Geulis meski ia cinta mati, tapi enggak tau deng siapa tau si bule juga ngedadak gila gak peduli dengan segalanya, hayo!.

Kalau boleh bercerita, sebenarnya Geulis tidak mencintai suaminya ini, tetapi karena ia akan tinggal dan bersekolah di Swiss maka ia mau saja menikah dengannya, tujuannya jelas ia ingin ke luar negri alias ke Swiss, ia ingin tau bagaimana negri yang terkenal dengan kelezatan cokelatnya ini, belakangan setelah ia pulang ke Indonesia saya mendapat oleh-oleh cokelat darinya, ya dari negri Swiss. Swiss memang patut dibanggakan, ia tidak mempunyai perkebunan cokelat, dan hanya mengolah bahan mentah cocoa yang berasal dari Afrika, Amerika Selatan dan bahkan Indonesia ini justru bisa menghasilkan cokelat ter-enak di dunia, wouw two thumbs buat Swiss. #tunggu perjalanan saya ke Swiss ya.

Balik lagi ya setelah sedikit melanglang buana ke Swiss.

Menurut saya Australia tampaknya bisa masuk wishlist selanjutnya, mengingat letaknya yang tidak terlalu jauh dari Indonesia dan memiliki musim yang hampir sama dengan Eropa, tetapi musim di Australia berkebalikan dengan musim di belahan bumi utara itu. Desember sampai Februari musim panas, Maret sampai Mei musim gugur, Juni sampai Agustus musim salju dan september sampai November musim semi, beda ya dengan negara-negra di belahan bumi utara. Mau tau perbedaan tepatnya, yuk chek it out :

Musim-musim dibelahan bumi utara
Musim semi : 21 Maret � 21 Juni
Musim panas : 21 Juni � 23 September
Musim gugur : 23 September � 22 Desember
Musim Dingin : 22 Desember � 21 Maret


Musim-musim dibelahan bumi selatan
Musim semi : 23 September � 22 Desember
Musim panas : 22 Desember � 21 Maret
Musim gugur : 21 Maret � 22 Juni
Musim Dingin : 21 Juni � 23 September



Jadi perbedaannya seperti ini :

Tanggal Belahan Bumi Selatan Belahan Bumi Utara
21 Maret – 21 Juni
21 Juni – 23 Sept
23 Sept – 22 Des
22 Des – 21 Maret
Musim gugur
Musim dingin
Musim semi
Musim panas
Musim semi
Musim panas
Musim gugur
Musim dingin



Kalo mau tau lebih detailnya, benua atau negara-negara mana saja yang masuk kedalam BBU (Belahan Bumi Utara) dan BBS (Belahan Bumi Selatan) googling aja sendiri ya, biar pinter 😀



Cukup sekian dulu ya ceritanya, nanti kita cerita-ceita lagi. Bye bye 👋



Latepost   💗  (publish : 29/10/2018)



Note : Make your dreams come true



Salam,
Auntie "eMDi" Dazzling


Senin, 27 November 2017

Youth Has No Age



Semangat Muda!


Entah karena alasan apa, setiap saya pulang dari arah kebayoran lama ke arah Mayestik, tepatnya entah di sekitar mana, saya lupa - Mayestik atau Barito -  saya selalu tertarik dengan sebuah plang yang bertuliskan :

 Youth has No age

"Apa maksud tulisan itu?" pikir saya setiap kali saya membacanya.

Saya mencari tau makna dibalik kata-kata tersebut. Ternyata kalimat "Youth Has No Age" yang mengandung arti “Muda itu tidak mengenal usia” adalah Quote dari seorang pelukis terkenal, Pablo Ruiz y Picasso atau lebih dikenal dengan Pablo Picasso. Quote ini seperti obat penawar bagi usia tua dengan jiwa muda seperti saya yang umurna geus kolot tapi asa ngora wae hehe.

Mungkin orang mentertawakan saya, karena pemahaman saya kurang. Dan baru tau kata-kata ini gara-gara sebuah plang. Saya pikir tidak mengapa.

Saat ini saya hanya ingin menikmati ke-excited-an saya dengan quote ini. Ibarat seorang pengembara yang kehausan dan kelaparan, kemudian menemukan sumber mata air dan ladang buah-buahan, itulah jiwa saya.


Tulisan ini sekedar menorehkan kepenasaran saya yang sudah terjawab. Tak lebih. 



New Day, New Life.


berjiwa Muda - adalah Pilihan




Note :  Ternyata dari sebuah "Plang" pun bisa menambah pengetahuan  💗



 
Salam,
Auntie "eMDi" Dazzling


Rabu, 07 Desember 2016

Jin Iprit

Setelah baca, otak jadi terang, menulis jadi lancar :)

Lama saya tidak menulis, penyebabnya banyak hal. Yang menjadi beban pikiran saya cuma satu, jika saya larut dalam kemalasan yang berkepanjangan ini, ada hal penting dalam hidup saya yang akan menjadi tumbalnya, yaitu : mimpi saya!

Mimpi saya sebenarnya sederhana saja ingin menjadi penulis. Penulis yang bukan hanya tulisannya dinikmati diri sendiri atau hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, tetapi mimpi saya menjadi penulis yang karyanya  dibaca oleh banyak orang. Menginspirasi dan menggerakkan. Itu mimpi saya!

Mimpi yang sederhana ini, ternyata untuk mewujudkannya menjadi sangat tidak sederhana. Ketidaksederhanaan ini bisa timbul akibat rasa malas diri untuk berlatih menulis. 

Menulis itu wajib!

Menulis di blog sebenarnya adalah sarana yang tepat dalam melatih menulis, tapi sayang sarana ini justru saya jarang gunakan. Rasa malas selalu menjadi MASKOT.

Setelah memasuki akhir tahun 2016 ini, blog saya hanya terisi beberapa tulisan yang tidak cukup bermutu. Eits! Sebentar, permasalahannya bukan tulisan yang tidak bermutu, justru di sini saya harus mulai belajar. Tulisan saya yang tidak bermutu itu akan menjadi bermutu andai saja saya rajin mengasahnya. Saya harus mulai belajar lebih keras lagi atau lebih tepatnya belajar lebih cerdas lagi. Andai kecerdasan itu adalah pisau, maka untuk membuat pisau saya tetap tajam saya harus rajin mengasahnya. Caranya? Ya, semua orang juga sudah tau bagaimana cara kita menajamkan otak.

Think, think, think!


Ada kisah yang membuat saya teringat bagaimana cara kita belajar cerdas atau kerja cerdas.

Dikisahkan ada dua orang penebang pohon. Kedua-duanya mendapatkan kapak yang sama tajamnya. Setiap hari kedua penebang pohon ini menebang pohon dengan giat. Hingga hari yang ditentukan, dihitunglah jumlah potongan kayu dari kedua penebang pohon ini. Ternyata dari hitungan yang didapat, hasil potongan kayu penebang A lebih sedikit dibanding hasil kayu penebang B. Ini membuat penebang kayu A menjadi penasaran dan menyimpan kecurigaan negatif dengan penebang kayu B.

A : "Heh B, bagaimana kamu bisa mendapatkan hasil potongan kayu yang begitu banyak, aku setiap hari bekerja dengan giat, memotong kayu siang dan malam, tidak seperti engkau yang memotong hanya di siang hari sedangkan malam hari aku lihat kau hanya duduk-duduk santai sambil mengelus-elus kapakmu itu. Yang membuat aku heran, mengapa engkau bisa menghasilkan kayu lebih banyak dariku sedangkan kerjamu tidak sepanjang jam kerjaku?"
B : "Oh, aku bekerja sama giatnya dengan engkau A."
A : "Heh, mana mungkin? Yang aku tahu, aku lebih giat darimu, B!"

Penebang kayu A merasa ia bekerja lebih giat dari B, tetapi hasil B jauh lebih banyak darinya. Jangan-jangan penebang B dibantu jin iprit untuk menebang pohon, sehingga ia bisa menghasilkan lebih banyak meski kerjanya lebih sedikit darinya, begitu otak picik penebang A berpendapat.

A : "Bagaimana cara kamu bekerja B, hingga hasilmu jauh lebih banyak dariku?"
B : "Aku ingin tahu cara kerja kamu dulu deh?"
A : "Oh, Aku setiap hari bangun subuh dan mulai bekerja hingga lelah mendera tubuhku, dan aku baru berhenti bekerja setelah hari menjelang malam. Sedang kamu B bagaimana?
B : "Sebentar, setelah kamu lelah bekerja apa yang kau lakukan?"
A : "Aku beristirahat dan tidur untuk mengumpulkan tenagaku untuk esok hari."
B : "Ooh..."
A : "Kenapa B?"
B : "Aku bekerja tidak seperti dirimu."
A : "Lalu, bagaimana cara kamu bekerja?"
B : "Aku bekerja dari pagi hingga sore hari, setelah itu aku beristirahat dan disela-sela istirahat aku meluangkan waktu untuk mengasah kapakku, agar kapak tetap tajam atau bahkan bertambah  tajam. Nah, di situ bedanya. Kapakku selalu tajam hingga menghasilkan potongan kayu jauh lebih banyak darimu. Sedangkan, kapakmu tidak pernah kau asah, hari ke hari kapakmu bertambah tumpul, hingga hasilnya tidak semaksimal yang kamu harapkan. Itulah bedanya aku dan kamu! Kapakku tajam sedangkan kapakmu tumpul."

Hening sesaat.

A : "Cuma itu?"

B mengangguk-anggukkan kepala.

B : "Yah cuma itu! Kamu tahu tidak, itulah rahasia terbesarku. Aku bekerja cerdas, sedang kau hanya bekerja keras tapi tidak cerdas," lirih B menjawab.

A termenung. Selama ini, betapa bodohnya dirinya tidak pernah berpikir untuk menajamkan kapaknya.

"Terima kasih B. Kau sudah memberi pencerahan buatku."


Belajar dari cerita di atas, bagaimana cara bekerja cerdas, membuat saya berpikir bagaimana cara menerapkan kerja cerdas itu di bidang menulis.

Think, think, think.

I got it! Sebagai seorang penulis, menulis itu sama dengan menebang, dan membaca adalah kapaknya. Jadi alangkah baiknya saya rajin menulis (menebang) dengan menajamkan otak saya dengan membaca (mengasah). Sehingga otak saya tajam karena sering diasah (membaca). Begitu kira-kira benang merahnya.

Kesimpulannya : Menulislah terus dan membacalah dengan rajin. Sehingga mengeksesuksi sebuah tulisan menjadi mudah karena kapak kita selalu diasah dan menjadi tajam.


Jakarta, 07 Desember 2016



Note : Seorang penulis memang harus menulis, meski hasilnya belum memuaskan hajar saja karena ini adalah jalan menuju tulisan yang lebih baik #Keep spirit Sist!

 
Salam,
Auntie 'eMDi' Dazzling


Selasa, 20 September 2016

Undangan Istimewa



My Destiny comes early


Seperti biasa, hari itu saya mengecek email saya lewat ponsel. Dan biasanya email-email yang masuk dan saya anggap penting dan belum sempat saya baca akan saya masukkan ke dalam foldernya masing-masing. Ketika mata saya jatuh pada sebuah email yang saya hafal betul berasal dari sebuah situs yang sering saya baca dan karena saat itu saya merasa belum bisa membacanya, dengan reflek jari saya segera mengklik email untuk dipindahkan ke foldernya. Ketika saya mencoba memindahkan, tiba-tiba saya merasa ada yang beda. Setelah saya teliti, ternyata benar, itu email berbeda dari email yang biasa masuk ke inbox saya. Saya sempat kaget dan tak percaya dengan yang saya baca. Apakah email ini tidak salah  alamat?

Hellooooo??? Apakah ini mimpi?
 
Dengan gugup saya mulai membaca email tersebut.

Mata saya mulai menelusuri kata demi kata surat elektronik ini. Ya, pagi itu, Rabu 14 September 2016, saya mendapat email dari seseorang yang saya kagumi, ia adalah mas Isa Alamsyah, suami dari mbak Asma Nadia (Siapa sih yang enggak kenal mereka berdua? Kalau gak tau, coba googling).

Isi emailnya tentu saja sebuah kabar gembira untuk saya. Sebuah undangan workshop menulis GRATIS dari beliau. Ya, bener gratis. Hampir saya tidak percaya membacanya, tetapi, setelah saya membaca sampai habis, baru saya percaya bahwa beliau benar menawarkan undangan istimewa itu buat saya.

Suatu kehormatan buat saya karena beliau mengundang saya di acara workshop menulisnya,  yang akan diselenggarakan pada 2 dan 9 Oktober 2016 ini di JDC Slipi Jakarta Barat.

Saya tercenung. Take it or leave it. 

Saya bingung. Satu sisi saya sangat exicited, di sisi lain saya merasa malu alias minder untuk menghadiri undangan workshop ini.

Penyebab rasa minder saya, karena saya merasa tidak mempunyai kemampuan menulis. Pendidikan yang mentok. Selain itu saya pun merasa sudah tua, rasanya enggak pantas, malu dengan yang muda-muda. Tetapi kemudian saya berpikir ulang. Ini adalah kesempatan. Dan ini adalah mimpi saya. Ambil! Raih! Perintah otak saya.

Akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil tawaran ini dengan malu-malu. Saya yakin ini adalah kesempatan saya, dan saya tidak ingin melewatkannya begitu saja. Jika saya pernah menulis tentang seorang perempuan yang di usia senjanya justru bisa meraih mimpi-mimpinya. Mengapa tidak dengan saya? 

Saya percaya, ini adalah gerbang saya meraih mimpi-mimpi saya.Dan mimpi-mimpi itu bisa terwujud di usia saya sekarang. Amin. 


Note : Terima kasih yang sebesar-besarnya buat mas Isa atas undangannya. 




Salam,
Auntie 'eMDi' Dazzling
 

Selasa, 29 Maret 2016

Fase Kehidupan Baru

Pernah kepikiran gak, tiba-tiba saja lagi jalan-jalan ada orang yang menawari suatu tawaran menarik, yang ternyata tawaran tersebut adalah 'sesuatu' yang kita idamkan atau kita mimpikan sejak dulu?

Iya, pernah kepikiran seperti itu?

Kalau saya pribadi sih sering! 

Entah kenapa otak saya selalu 'menciptakan' adegan-adegan yang saya inginkan. Sebagai contoh, saya sering tuh ngebayangin ada orang tua kaya raya terus tiba-tiba ketemu saya, eehh dia menyukai saya - dalam artian bukan cinta lho - ia menganggap saya sebagai anaknya, terus saya dikasih mobil bagus deh! Hahhahaa.... itu sih maunya.

Atau, saya juga pernah kepikiran ketemu orang bule terus saya berbincang dengannya, kemudian ia bertandang ke rumah saya, ngobrol pakai bahasa Inggris, di scene itu bahasa Inggris saya oke banget! haha... itu mungkin mimpi saya yang belum tercapai ya, hingga saya sering punya pikiran seperti itu.

Ada juga saya kepikiran bisa keliling dunia, home stay bersama orang bule. Ngobrol cas cis cus Inggris, ah sedap banget!

Atau, saya ditawari menulis novel oleh sebuah penerbit papan atas, kemudian novel saya booming, lalu dibuat film, dan saya diundang diberbagai acara sebagai narasumber dari novel saya tersebut. Ah, sedap lagi!  ngayal boleh, tapi, jangan sombong deh!

Masih banyak "adegan2" dalam pikiran saya yang sering bersliweran dan berulang-ulang, persis kaset lawas yang disetel terus-menerus.

Oya, satu lagi, saya sering banget punya pikiran kalau my daughter ikut pertukaran pelajar, pertukaran pelajarnya ke Inggris, lalu orang tua ikut mendampingi. Dan, yang mendampingi anak saya itu tentu saja saya sendiri, hahaha itu emang mimpi besar saya.

Jika kelak dari pikiran-pikiran saya itu ada yang terwujud, apakah itu suatu kebetulan? Atau hidup memang rangkaian kebetulan-kebetulan yang sebenarnya sudah terangkai sejak kita ada?

Atau mungkin it's coincidence itu sebenarnya bukan coincidence sesungguhnya alias bukan kebetulan yang sebenarnya, tetapi mungkin itu merupakan hasil rangkaian passion hidup kita dari sejak dulu. Ya mungkin, sejak passion itu lahir dalam diri kita. 

Ngomong-ngomong, saya baru saja membaca artikel di metrotvnews.com tentang seorang perempuan berusia 56 tahun bernama Nicola Griffin yang didapuk menjadi  model di majalah Sports Illustrated Swimsuit Edition. Wow! Keren banget!

Bukan karena menjadi modelnya yang 'wow' itu, tetapi kesempatan yang datangnya tiba-tiba dan justru di usia yang tidak muda lagi, itu yang membuat saya takjub. Bagaimana tidak, di usianya yang sudah lewat setengah abad itu ia justru mendapat tawaran pekerjaan yang menakjubkan. Begini ceritanya, ketika ia bersama dua anak kembarnya sedang mengantre di sebuah Bank lokal, tiba-tiba, seorang Sales Promotion Girl (SPG) produk rambut menawarinya melakukan tes dan pemotretan untuk program kampanye yang akan dilakukan perusahaan tersebut. Tawaran ini menjadi gerbang baginya untuk menjadi seorang model. Dan setelah itu, tawaran-tawaran lain pun berdatangan padanya. 

Apakah ini sebuah kebetulan?

Saya rasa tidak, karena ternyata jauh sebelumnya ketika ia remaja ia sering mengeksplorasi pakaian, make up, menjajal dunia modeling, fashion show lokal dan melakukan pemotretan untuk produk renda Nottingham serta mengagumi David Bowie dan Bryan Ferry. Menurut saya, ini merupakan mata rantai dari passionnya yang terwujud justru di usia senjanya. Bisa dibilang sebenarnya kesempatan yang ia dapat sesuai dengan passionnya sejak muda. Secara tidak sadar sebenarnya si  Nicola Griffin ini sudah mempunyai passion di dunia ini, dan passion inilah yang menggiringnya mendapatkan pekerjaan menjadi seorang model. Misal ia tidak mempunyai passion di dunia modeling bisa dipastikan ia akan menolak tawaran yang ia dapatkan ini. Tetapi, karena pada dasarnya jiwanya berada di situ, maka ia mau menyambut tawaran itu dengan suka cita. Saya percaya, alam akan mendukung kita jika kita berada tepat di tempat yang tepat. Sama seperti alam mendukung Nicola Griffin mewujudkan mimpi masa mudanya.

Ini dia Nicola Griffin
Sekarang, saya mau mencoba berandai-andai.

Waktu saya remaja, saya sangat suka dengan membaca dan menulis cerpen, meski cerpen yang saya tulis itu hanya dinikmati oleh diri sendiri atau paling tidak dibaca oleh kakak perempuan saya yang usianya sedikit di atas saya atau oleh teman sekolah saya yang suka cengar-cengir sendiri membaca tulisan saya yang mereka anggap lucu. Maklum, waktu usia remaja tulisan-tulisan asal saya itu biasanya berkategori lucu dan bodoh. Menulis tentang orang bule yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan orang Indonesia yang gak bisa bahasa Inggris, ceritanya tentu saja saya plintar-plintir dibuat lucu. Kadang pula saya terinspirasi dari novelnya Hilma Hariwijaya si penulis "Lupus" yang sedang top-topnya saat itu. Atau, saya membuat cerpen remaja setelah membaca cerpen di majalah Anita-Cemerlang misalnya, hahaha itu memang majalah tahun jebot sukebot tapi di situlah saya mulai tertarik menulis cerpen. Saya pernah menulis sebuah cerpen remaja, menurut saya sih sudah okay banget, tapi tiba-tiba kakak perempuan saya bilang, "Nih cerpen bahasanya bagus banget tapi ceritanya terlalu ringan," katanya. Mendengar pendapatnya saya hanya senyum-senyum saja, habis jaman dulu belum tahu bagaimana caranya membuat sebuah cerita. Coba kalau dulu saya sudah tahu tehnik menulis cerpen/novel, aahh rasa-rasanya hidup saya bak 1000 tahun saja. Saya juga pernah menulis sebuah cerpen kemudian saya kirim ke salah satu majalah, cerpennya saya ketik lho, jaman dulu kan belum ada komputer seperti sekarang. Eeh tunggu punya tunggu, kabar cerpen saya itu bagai ditelan bumi saja, tak ada kabar berita dari si penerbit, atau mungkin alamat rumah saya nyelip entah ke mana. Singkat cerita, saya melupakan cerpen saya itu, meski ada juga tersisa rasa galau, tapi gak sampai putus asa juga sih. Suatu hari saya membaca cerpen di majalah yang saya lupa nama majalahnya, rasanya cerita di majalah itu sama persis dengan cerpen yang pernah saya kirim ke satu majalah itu. "Sial, nih cerita sama bener dengan cerita gue," sungut hati saya. Meski hati saya tercabik-cabik tapi saya tak bisa berkutik, lha wong jaman dulu masih bingung gimana caranya menanyakan hal seperti itu ke si penerbit/majalah, meski rasanya itu cerita saya, tapi saya gak punya bukti otentik. Kan setelah saya ketik itu cerita, saya kirim cerita itu tanpa difoto copy terlebih dahulu, gak kepikiran ketik pakai double-an karbon dulu kek atau bagaimana gitu, pokoknya naif, bodoh bin stupid banget deh saya. Males banget ya ngomongin kebodohan masa lalu, meski saat ini masih bodoh juga hahaha. Oya seingat saya, waktu jaman SD dulu saya juga pernah menulis cerpen yang ceritanya agak aneh bin weird gitu, tentang seorang perempuan yang tubuhnya berubah ditumbuhi bulu, tapi saat itu saya belum pernah nonton film Wolf, besar kemungkinan inspirasinya menulisnya bukan dari situ, entah dari mana ide cerita konyol tersebut.

Dari hal-hal di atas, saya juga gemar bahasa Inggris. Sayang, Inggris saya jeblok. Kepingin ikutan kursus takut bilang sama nyokap, jangan-jangan bukan diberi ijin ikut kursus bahasa, yang ada malah dimarahi. Hahaha... maklum saja, saat itu biaya kursus untuk kantong ortu saya tergolong mahal, apalagi biaya hidup hanya nyokap yang tanggung karena ayah saya sudah tiada, jadilah saya belajar bahasa Inggris memakai jurus warisan guru bahasa Inggris saya, menghapal setiap kata-kata baru yang saya temui. Misal, jika saya pergi ke sekolah saya akan melewati beberapa gedung bioskop, nah guru saya bilang, "Coba kamu lihat judul film yang diputar hari ini, apa judul filmnya," katanya suatu hari, "Lalu kamu artikan judul film tersebut. Jika kamu tidak tahu artinya kamu lihat kamus apa arti judul film itu," petuahnya lagi panjang lebar pada kami murid-muridnya yang mendengarkannya sambil mengangguk-angguk tanda setuju, meski pada akhirnya bisa dipastikan hanya satu-dua murid saja yang melaksanakan petuahnya, salah satunya tentunya saya. Pada masa itu cinema paling sering memutar film luar berbahasa Inggris. Ketika saya di dalam bus DAMRI menuju sekolah SMAN 4 Bandung yang letaknya di jalan Gardujati itu, saya akan memilih duduk di sebelah kanan karena letak bioskop rata-rata sebelah kanan, jika saya harus duduk di sebelah kiri maka kepala saya akan tetap menengok ke arah kanan. Jadi, jika sekarang posisi kepala saya sedikit miring ke kanan enggak lurus, mungkin itu akibat saya terlalu banyak mengamalkan petuah guru saya, hahaha gak deng becanda. ^-^

Nah, dari rangkaian cerita saya di atas bisa ditarik benang merahnya dong, bahwa passion saya adalah MENULIS dan BAHASA INGGRIS. Meski begitu, sampai saat ini saya enggak jago-jago juga nulis maupun ngomong Inggris ckckc kemana saja sih bu?

Karena sekarang saya sedang berandai-andai ngayal dulu ya  jadi boleh dong saya mewujudkan semua impian saya itu. glek :)

Minggu lalu saya mendapat tawaran gratis home stay di negri Inggris bersama anak perempuan saya yang cantik dan cerdas itu, dan satu kejutan besar lainnya adalah saya mendapat tawaran menulis dari penerbit besar. "Yes, my dream come true!" teriak hati saya girang tiada tara. Seperti si ibu Nicola Griffin itu yang mimpinya terwujud justru di usia senjanya, saya pun mendapatkan tawaran-tawaran ini justru di usia saya yang ENGGAK muda lagi ini. Semua mimpi-mimpi saya itu terwujud. Wouw that's amazing! bim salabim abrakadabra

Tapi cerita barusan di atas itu baru khayalan saya saja belum kenyataan, kenyataan sesungguhnya tinggal selangkah di depan saya loh, hehe... hopefully i will. Make a wish, sist!

Andai saat ini semua passion saya bisa terwujud dan saya mempunyai kesempatan sepertinya si ibu bule itu, saya rasa itu memang destiny - takdir gue gitu - dan mungkin itu adalah rangkaian dari coincidence dan passion saya tentunya. Passion dan coincidence  itu tepat bertemu di satu titik yang dinamakan Destiny dan alam mendukung itu.

Itu fase kehidupan baru saya. Semoga. Amin. 



Salam,
Auntie 'eMDi' Dazzling


SAYA SUKSES - THE SECRET

The Secret - Rhonda Byrne Datangnya lebih awal. Di luar dugaan. Semesta telah bekerja begitu cepat buat saya. Ini adalah pelajaran berharga ...