Translator

Tampilkan postingan dengan label Giveaway/Lomba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Giveaway/Lomba. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Januari 2015

Receh Untuk Buku 2015


Hahay, mengunjungi blog seorang sahabat lama Dweedy saya mendapat oleh-oleh darinya. Oleh-olehnya uang "Receh Untuk Buku 2015"


Jumat, 29 Juni 2012

Selamat Datang Indonesia

Namanya Cha Cha usianya baru menginjak 3 tahun. Mengenal kata "Indonesia" baru sejak tahun dua ribu sebelas lalu waktu rame-rame ada pertandingan Sepak Bola Sea Games 2011. Awalnya saya terkejut waktu pertama kali mendengar ia berkata "Indonesia" sambil berteriak, tau darimana kata tersebut pikir saya saat itu. Sejak ia mengenal kata "Indonesia" hampir setiap hari ia meneriakannya dengan penuh semangat, teriakannya tersebut memaksa saya untuk memperhatikan tingkah lakunya yang lucu dan menggemaskan itu, ternyata setiap ia meneriakan kata Indonesia ia akan mengalungkan sebuah gantungan kunci motor milik ayahnya pada lehernya, selidik punya selidik ternyata ia melihat para officer sepak bola pada Sea Games 2011 di televisi yang pada dadanya tergantung kartu tanda pengenal yang mungkin dalam persepsi seorang Balita sama dengan gantungan kunci milik ayahnya. Jadi geli, Ah lucunya ini anak.

Setelah saya menjadi paham mengapa ia selalu meneriakan kata “Indonesia” sambil mengalungkan gantungan kunci tersebut, akhirnya saya mencoba untuk memberi pengertian padanya tentang kata Indonesia ini. Saya mencari formula yang mungkin mudah di pahami oleh seorang Balita dan saya menunjukan gambar bendera merah putih padanya. Ketika saya menunjukan padanya gambar bendera tersebut sambil berkata “Ini Indonesia” dengan cepat ia berkata “That’s a flag mom” katanya dengan mimik kurang mengerti mengapa saya mengatakan gambar bendera itu dengan kata Indonesia, memang sejauh ini saya mengajarkan gambar bendera dengan kata flag dan sekarang saya mengatakan bahwa flag itu Indonesia, ini yang membuat ia tidak paham.  “Iya sayang, it’s a flag - ini bendera” kata saya kemudian “Ini bendera Indonesia sayang” jelas saya dengan harapan ia bisa paham dengan penjelasan saya, beruntung saya melihat mimik wajahnya yang lucu itu tersenyum sambil berkata “Indonesia’s flag - Bendera Indonesia” teriaknya dengan riang. Anak yang cerdas hati saya bergumam bahagia.

Kejadian ini cukup menggelitik saya untuk lebih memperkenalkan kata Indonesia padanya, tapi dengan cara bagaimana saya belum tahu juga dan belum menemukan caranya.

Suatu hari kami akan menghadiri acara resepsi pernikahan seorang teman, saat itu saya dan suami memakai batik yang seragam dan sayapun telah mempersiapakan baju batik baru buat buah hati saya tercinta. Ketika kami tengah berdandan anak kami ini berkata “Mom, kok ayah and mommi bajunya sama” katanya sambil menunjuk kearah pakaian kami. Saya tersenyum padanya, kemudian segera menciumnya dan berkata “Ini pakaian orang Indonesia” kata saya dengan ringan dan tanpa saya duga ia berkata “Kok punyaku warnanya beda sih mom, tapi ada gambar flowernya” katanya lagi, saya hanya membalas dengan senyuman, dan tiba-tiba ia  bertanya lagi "Mom kalau flowernya Indonesia itu apa ?" tanyanya lagi dengan penuh  rasa penasaran. Saya terdiam tak bisa menjawab. "Nanti ya nak, kita cari di toko buku gambar bunganya orang Indonesia" kata saya berjanji untuk menghindari jawaban saya yang takut salah.

Setelah kejadian diatas tadi saya menjadi sadar bahwa pengetahuan saya akan Indonesia ini sangat minim sekali baik pengetahuan budaya, bahasa, alam, flora & faunanya maupun pariwisatanya sehingga ini cukup membuat saya malu hati.
karena anak saya inilah akhirnya saya memutuskan untuk mencari tahu bunga apa saja yang mewakili bangsa Indonesia ini, dan tak dinyana ternyata bunga-bunga tersebut sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bunga yang  adalah "Bunga Nasional" yang mewakili karakteristik bangsa Indonesia itu ternyata ini :

Bunga melati putih (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa
Bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona dan
Bunga padma raksasa (Rafflesia arnoldii) sebagai puspa langka.

Waah saya merasa sangat beruntung memiliki buah hati yang cerdas, gara-gara dia sekarang saya menjadi tahu bunga nasional kita, malu kan kalau ada orang asing bertanya tentang "Bunga Nasional" bangsa kita dan saya tidak tahu jawabannya. Terimakasih ya sayang.

“Mom, aku gak mau nonton Magic English” katanya suatu hari. “Kenapa nak?” tanya saya penasaran, anak saya ini memang sejak kecil sudah saya perkenalkan dengan bahasa Inggris dengan cara saya menyetelkan CD atau DVD berbahasa Inggris atau menyediakan buku-buku berbahasa Inggris, bukan bermaksud agar ia tidak cinta Bahasa Ibu "Indonesia" tetapi semata-mata tujuan utama saya cuma satu agar ia mampu menguasai dua bahasa sekaligus tanpa kesulitan, anak Indonesia kan harus cerdas pikir saya saat itu.  “Aku maunya nonton Unyil aja” katanya kemudian,   “Kenapa begitu?” tanya saya lagi tambah penasaran, “Kata kakak Topan aku kan orang Indonesia, kalau orang Indonesia nontonya  Unyil” katanya lagi lebih panjang lebar. Saya tertegun. Bingung. Belajar bahasa Inggris bukan berarti tidak cinta pada bahasa sendiri, bagaimana cara yang tepat menjelaskannya pada anak sekecil dia - saya galau.

Ternyata kata Indonesia ini begitu menjadi lekat di hati anak saya, bukan saya tidak suka tetapi memang terlihat menjadi berlebihan. Setiap hari ia selalu ingin dibacakan buku bacaan yang berbahasa Indonesia, jika saya membacakan yang berbahasa Inggris ia akan menolaknya dan kemudian saya akan menuruti kemaunnya. Suatu hari ia membawa buku pada saya dan berkata "Mom, can you read this book ?", tanyanya sambil menyodorkan buku yang sehari kemarin baru saja saya membelinya di toko buku. "Ya", jawab saya. "Please baca mom", pintanya. Saya menuruti permintaannya dan membacakan isi buku yang bercerita tentang "Si Kancil dan Pak Tani". Sebenarnya ia sudah memiliki buku yang sama dengan versi bahasa Inggris tapi entah mengapa ia masih sangat antusias mendengar cerita "Si kancil dan Pak Tani" ini dalam versi bahasa Indonesia. Kecintaannya akan bahasa Indonesia ini membuat saya mulai membeli buku yang berbahasa Indonesia. Ternyata bahasa Indonesia itu mungkin sangat enak didengar ditelinganya, sehingga ia begitu terpesona dengan bahasa Ibu-nya sendiri bahasa Indonesia, hal yang tidak pernah diduga sebelumnya. Saya rasa orang yang Paling Indonesia dikeluarga kami ya dia. Ia yang membuat kami semua sadar akan kecintaan pada Ibu Pertiwi Indonesi. Momi bangga sama kamu nak.

Bulan Maret lalu kami sekeluarga pergi ke Singapore, ketika kami telah sampai di Changi Airport kami memasuki pemeriksaan passpor di Imigrasi, tibalah giliran saya, saya  memegang anak saya sambil menghampiri petugas imigrasi tanpa saya duga ia berteriak "Indonesia datang - Indonesia is coming" semua orang menengok ke arah kami memandang sambil tersenyum, anak saya berteriak dalam dua bahasa - bahasa Indonesia & bahasa Inggris - saya tersenyum , petugas imigrasipun tersenyum dan berkata "Selamat datang Indonesia" katanya dengan ramah. Ada setetes kebanggaan dalam hati saya bahwa anak saya bangga dengan Negerinya sendiri Indonesia. Selamat Datang Indonesia Kecilku bisik hati saya bangga.


Buat buah hatiku tercinta : Cha2



Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Blog “Paling Indonesia” yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Makassar AngingMammiri.org bekerjasama dengan Telkomsel area SUMALPUA ( Sulawesi Maluku Papua )

Kamis, 10 November 2011

Dear Pahlawanku : Teruntuk Pak Isa Alamsyah

Jakarta, 10 Nopember 2011

Kepada Yth : Pak Isa Alamsyah


Salam hangat,

Pak, hari itu saya mendadak membuat satu akun blogger. Bapak tau tidak, saya awam tentang dunia maya, intinya saya gagap tehnologi alias "gaptek". Saya juga sebenarnya tidak mengerti sama sekali tentang dunia tulis-menulis, terlebih menulis di sebuah blog. Sehari sebelumnya, saya baru membaca satu tulisan bapak di group "Komunitas Bisa" yang berjudul "Haji 28 Kali".  Dari tulisan bapak itulah yang mendorong saya, untuk membuat satu blog, sebuah blog yang mungkin bisa menyalurkan pikiran-pikiran saya atau curahan hati saya atau mungkin pengalaman hidup saya.

Pak, tulisan bapak itu sungguh luar biasa, memotivasi saya untuk mulai menulis.. Percaya atau tidak, hati dan jiwa saya bergetar saat saya selesai membaca tulisan bapak. Otak saya dipenuhi keinginan menulis, jiwa saya sangat bersemangat pada saat itu. Saya baru sadar,  ternyata sebuah tulisan bisa sangat berpengaruh pada jiwa-jiwa pembacanya. Saya seperti menemukan pintu keluar dari kegelapan, yang membelenggu saya selama ini.
Saya ibarat sebuah rumah yang tertutup rapat, dan kini memiliki pintu yang baru bisa terbuka. Pintu yang bisa membawa saya melihat dunia atau bahkan mengubah dunia.

"Buatlah minimal satu buku dalam hidup" itu adalah motivasi yang telah bapak tularkan pada saya. Saya sadar, saya bukanlah seorang penulis, yang mungkin  bagi seorang penulis "menulis" satu  buah buku mungkin bukanlah pekerjaan sulit, tapi bagi saya ini adalah suatu pekerjaan rumah yang panjang, ya pekerjaan rumah yang entah kapan bisa saya selesaikan. Satu hal yang bisa saya kerjakan adalah hanya memulainya dengan menulis di blog, mungkin kelak jika saya telah mumpuni dalam menulis saya bisa membuat buku. Insya Allah.

Pak Isa Alamsyah yang saya kagumi, terimakasih bapak telah menjadi Pahlawan di hati saya, bapak telah melepaskan saya dari belenggu ketidak berani dalam menulis atau ketidak beranian dalam mengungkapakan pikiran-pikiran saya, sebab karena bapaklah saya bisa terbebas dari keterbelengguan. Mungkin "satu buku" dalam hidup adalah pekerjaan rumah yang  harus diselesaika, agar kelak saya bisa "hidup abadi" melalui buku tersebut. Seperti kata bapak, buku adalah warisan harta yang abadi, dan saya ingin bisa mewariskan harta abadi tersebut pada anak cucu saya kelak.

Bapak Isa Alamsyah yang terhormat, dibawah ini adalah tulisan bapak yang pernah bapak posting di "Komunitas Bisa", karena saya tidak ingin mengurangi atau menambahkan isi dari tulisan bapak tersebut, saya sertakan tulisan bapak tersebut disini, begini bapak menulis :


Isa Alamsyah 22 Oktober 2010 jam 16:45
 
Haji 28 kali

Saya mengenal seorang pembimbing Haji yang sangat bijak.
Usianya baru 50 tahunan tapi sudah pergi haji sebanyak 28 kali.
Tidak salah dengar? Tidak ini benar, bahkan kalau ditambah umrah mungkin sudah 50 sampai 70 kali bolak balik ke tanah suci, karena dalam setahun bisa dua atau tiga kali ke tanah suci jika dihitung dengan umrah.
Bisakah Anda bayangkan betapa banyak pengalaman yang sudah dilaluinya.
Betapa banyak hal bisa kita tanyakan dan kita pelajari darinya.
Saya pun sering memanfaatkan waktu untuk bertanya jika kebetulan bertemu dengannya.
Tapi sayang, jika Anda punya list pertanyaan kini dia tidak bisa menjawabnya.
Kenapa? Beberapa bulan lalu ia telah pergi menghadap-NYa.
Ketika melayat saya merasa sedih, bukan saja karena kehilangan dia,
bukan saja karena Indonesia kehilangan salah satu ulama besar,
tapi lebih dari itu, hampir semua ilmu, pengalaman dan pengetahuannya ikut hilang terkubur.
Kenapa?
Karena ia tidak menulis. Tidak ada pikiran dan ucapannya yang dibukukan.
Menulis membuat kita abadi , membuat kita tetap hidup sekalipun kita telah dikuburkan.
Saya sebenarnya sudah menyiapkan ia untuk menjadi narasumber buku guide praktis haji yang sedang kita susun akan tetapi sayang, Allah sudah memanggilnya.
Saya percaya ada ilmu yang tersisa, ada pelajaran yang disampaikan ke anak dan murid-muridnya, tapi jika tertulis maka tidak ada degradasi ilmu karena semua berasal langsung dari sumbernya.

Bagaimana dengan Anda?
Anda mungkin orang tua yang sukses mengubah anak bandel menjadi alim.
Anda mungkin guru yang sukses membuat murid rusuh menjadi pemimpin.
Anda mungkin pegawai yang sukses berkarir dari bawah.
Mungkin Anda menjadi kaya walaupun dari keluarga miskin dan berjuang keras untuk sukses?
Mungkin Anda adalah pahlawan hidup yang dicari banyak orang
Tapi semua itu hanya menjadi kabar angin, dan akan hilang perlahan jika Anda tidak menulis.
Semua akan terkubur dan mulai pudar sedikit lebih lama dari pudarnya tubuh kita dalam tubuh.
Apakah ingin dikenang?
Apakah Anda ingin hidup dalam keabadian ilmu.
Apakah sejarah Anda hanya ingin tertulis di batu nisan atau lebih dari itu?
Bukankah amal jariyah adalah amal yang tetap mengalir sekalipun kita meninggal. 
Dan menulis adalah satu satu ilmu yang terus mengalir.
Tulislah pengalaman Anda, buatlah buku, buatlah diri Anda abadi.
Jangan biarkan orang lain mengalami kesalahan yang sama dengan kita.
Beri petunjuk orang lain agar hidupnya lebih mudah.
Selama kebaikan yang Anda sebar, maka amal akan mengalir.
Buatlah setidaknya satu buku, selama Anda masih hidup!
Satu buku, minimal.
Hidup hanya sekali, satu buku bukan target yang berlebihan.

Semoga tulisan bapak ini, bisa menyebarkan energi positip dan menular kepada setiap yang membaca.
Terimakasih saya ucapkan, buat pahlawanku bapak Isa Alamsyah.

Salam dari saya,
Cha2




Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh
Lozz, Iyha dan Puteri” 









                  

SAYA SUKSES - THE SECRET

The Secret - Rhonda Byrne Datangnya lebih awal. Di luar dugaan. Semesta telah bekerja begitu cepat buat saya. Ini adalah pelajaran berharga ...