* Ba Bi Bu Be Bo .. Ca Ci Cu Ce Co .. Da Di Du De Do .. 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 !! |
Lagi kepikiran mencari cara bagaimana mengajarkan
anak saya membaca dengan mudah dan menyenangkan, tanpa harus ia terbebani
dengan semua kegiatan belajar yang akan saya coba rancang ini. Ya, memang
sampai saat ini saya masih mencari formula yang tepat bagaimana menyusupkan
belajar membaca ini disela-sela bermainnya sehingga ia akan tetap merasa exciting
dalam bermain dan belajar tersebut.
Dijaman sekarang ini mungkin tidak sulit mendaftarkan anak
untuk mengikuti bimbingan belajar membaca dan menulis, terlebih untuk saat ini
sudah banyak bertebaran tempat bimbingan belajar membaca dan menulis bagi para
Balita. Terus terang, saya tidak ingin mendaftarkan anak saya yang usianya
masih terbilang sangat muda itu yaitu 3,5 tahun ke tempat-tempat bimbingan tersebut,
sebaliknya saya sangat ingin mengajarkannya sendiri.
Kata "CALISTUNG" alias Membaca-Menulis-Berhitung
pada masa ini sudah menjadi fenomena. Kata ini menjadi sangat tidak asing lagi
bagi para orang tua khususnya di Indonesia. Disadari atau tidak memang ada
tekanan yang membuat kita orang tua lebih mengutamakan anak belajar
"Membaca-Menulis-Berhitung" diusia yang masih dini - ketimbang
mencari cara bagaimana mengembangkan daya kreatifitas atau imajinasi si anak.
Sudah bukan rahasia lagi jika di sekolah dasar (SD) saat ini
ketika ada penerimaan murid ajaran baru akan diadakan pengetesan terlebih
dahulu kepada calon murid sebelum mereka bisa masuk di sekolah tersebut, inilah
yang mungkin membuat ketakutan besar para orang tua. Takut jika anak tidak bisa
melewati tes tersebut sehingga si anak tidak diterima di SD tersebut, misalnya.
Asal tau saja bahwa masalah tes ini memang sifatnya
pengetesan sekitar Calistung, nah ini yang membuat orang tua was was.
Pengalaman anak tetangga saya ketika ia hendak masuk SD dan ia harus menghadapi tes seperti itu cukup membuat saya kaget, karena ternyata ketika si anak menghadapi guru pengetes ia sangat ketakutan sehingga tubuhnya gemetaran ketika ia mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru tersebut dan ia menjawab dengan bibir bergetar ketakutan dan mata mau menangis. Tragis.
Ya, saya sangat prihatin dengan gaya pengetesan semacam itu, saya berfikir apa gunanya guru jika baru masuk kelas satu SD saja si anak sudah dituntut lancar baca, menulis dan berhitung. Mengutip pendapat bapak Isa Alamsyah dari Komunitas Bisa! (maaf saya kesulitan mengunduh dan menemukan tulisan beliau yang ditulis sekitar tahun 2010) kira-kira begini intinya "Sebuah alat akan dikatakan bagus jika yang dimasukan perak dan bisa menghasilkan emas, tetapi jika yang dimasukan emas dan yang keluar adalah emas juga artinya alat itu tidak bagus - alat itu biasa saja alias standar - karena ia mengeluarkan hal yang sama yaitu emas", dalam artian jika anak sudah pintar lalu dimasukan ke sekolah yang katanya bagus maka bukan sekolahnya yang bagus tetapi memang sejak awal si anak sudah pintar tetapi jika anak belum bisa apa-apa kemudian dimasukan ke sekolah yang katanya sekolahnya biasa-biasa saja tetapi kemudian menghasilkan anak-anak yang pintar maka inilah yang dinamakan sekolah bagus. Pengertian sederhananya - anak belum bisa calistung kemudian bisa calistung. Dan sejatinyalah sekolahlah yang akan mengubah anak dari yang kualitasnya perak menjadi berkualitas emas - ini namanya sekolah bagus mengubah dari yang tidak bisa menjadi bisa.
Bukan saya menentang jika anak-anak usia dini ini diperkenalkan dengan Calistung karena saya sendiri sedang mengarah kesana, tetapi sebaiknyalah cari cara bagaimana pengajaran yang menarik bagi anak dengan bermain yang dalam bermain itu diselipkan belajar Calistung. Caranya bagaimana, tinggal kita sebagai orang tua yang mendesignnya dengan tepat bagi anak kita dan buatlah metode sesederhana mungkin dan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak.
Yang menjadi pertanyaan :
1. Apakah tepat jika anak diperkenalkan "Calistung" di usia mereka yang sangat dini ini ?
1. Apakah tepat jika sekolah dasar sekarang menerapkan sistem "tes" terlebih dulu sebelum menerima murid baru ? Apakah anda setuju atau tidak ?
2. Jika anda setuju, "tes" seperti bagaimana yang tepat ?
3. Apakah sahabat punya cerita seputar belajar Calistung ini ? jika ya, mohon di sharing
Sahabat, mungkin ini adalah sebuah bentuk kegelisahan saya terhadap diri sendiri dan terhadap pendidikan di Indonesia saat ini, dan untuk itu saya menunggu partisipasi para sahabat blogger untuk memberi saran pendapat sesuai kasus diatas. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Note : Ssst ... tampaknya saya sudah menemukan metode buat anak saya.
Doakan saya semoga berhasil.
Salam,
Cha2