Hampir setiap pagi sebelum saya berangkat kerja, saya menonton acara Indonesia Morning Show-nya Net tv yang pembawa acaranya terdiri dari : Marisa Anita, Shahnaz Mariela/Soehartono, dan Adrian Maulana, dan pagi ini, saya mendengar dari informasi yang mereka sampaikan bahwa tepat hari ini, tanggal 23 April adalah Hari Buku Sedunia alias "World Book Day".
Wouw...! Surprise sekali rasanya saya.
Sebagai pencinta membaca dan menulis, saya ingin merayakan "Hari Buku Sedunia" ini dengan mengabdikannya ditulisan ini, meski diambil dari sumber lain, semoga tulisan di bawah ini bisa menginspirasi kita. Amin.
Hari Buku Sedunia dirayakan untuk
pertama kalinya pada tanggal 23 April 1995. Acara tahunan ini digagas oleh
UNESCO untuk mempromosikan budaya membaca, penerbitan, dan hak cipta. Awalnya,
ini adalah perayaan Hari Saint George di wilayah Katalonia semenjak abad
pertengahan. Tradisinya adalah para pria memberikan mawar kepada kekasihnya.
Pada tahun 1923, tradisi ini mulai
berganti untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang penulis yang meninggal
dunia pada 23 April. Ternyata, yang memulainya adalah para pedagang buku. Tahun
1925 para perempuan mulai memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang
diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan
dengan 4 juta mawar. Perayaan ini adalah bentuk penghargaan antara penulis,
penerbit, distributor, organisasi perbukuan, serta komunitas dan masyarakat
umum. Semuanya bekerja sama untuk mempromosikan buku dan literasi, serta
meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan.
Mulai tahun 1995, melalui Konferensi
Umum UNESCO di Paris, tanggal 23 ditetapkan sebagai Hari Buku Sedunia atas
dasar tradisi tersebut. Di samping itu, pada tanggal ini beberapa penulis
kenamaan berpulang, seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega,
serta Joseph Pla dan beberapa penulis juga lahir Vladimir Nabokov, Maurice
Druon, Manuel Mejía Vallejo, dan Haldór Laxness. Namun, mengenai tanggal
kepulangan Shakespeare dan Cervantes terdapat perbedaan yang tak jauh akibat
sistem kalender yang digunakan, yakni Inggris menggunakan Kalender Julian dan
Kataloni menggunakan Kalender Gregorian.
Sementara Perayaan ini, di Indonesia
dimulai pada tahun 2006 yang diprakarsai oleh Forum Indonesia Membaca (FIM).
FIM adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi pada aktivitas
literasi. Mereka berupaya membuka ruang
seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya membaca. Sejak tahun
2006, animo dari komunitas literasi, taman bacaan masyarakat, penerbit buku,
dan masyarakat umum semakin meningkat, bersama-sama berupaya agar Hari Buku Sedunia
Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan
itu sendiri.
Dan dalam perayaan Setiap tahunnya,
UNESCO menetapkan sebuah kota sebagai World Book Capital. Fokusnya adalah pada
kaum muda yang diharapkan akan membawa pengaruh positif akan budaya buku,
membaca, menulis, dan bahkan daam dunia penerbitan. (Net)
Hari
Buku Sedunia dirayakan untuk pertama kalinya pada tanggal 23 April
1995. Acara tahunan ini digagas oleh UNESCO untuk mempromosikan budaya
membaca, penerbitan, dan hak cipta. Awalnya, ini adalah perayaan Hari
Saint George di wilayah Katalonia semenjak abad pertengahan. Tradisinya
adalah para pria memberikan mawar kepada kekasihnya.
Pada tahun 1923, tradisi ini mulai berganti untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang penulis yang meninggal dunia pada 23 April. Ternyata, yang memulainya adalah para pedagang buku. Tahun 1925 para perempuan mulai memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan dengan 4 juta mawar. Perayaan ini adalah bentuk penghargaan antara penulis, penerbit, distributor, organisasi perbukuan, serta komunitas dan masyarakat umum. Semuanya bekerja sama untuk mempromosikan buku dan literasi, serta meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan.
Mulai tahun 1995, melalui Konferensi Umum UNESCO di Paris, tanggal 23 ditetapkan sebagai Hari Buku Sedunia atas dasar tradisi tersebut. Di samping itu, pada tanggal ini beberapa penulis kenamaan berpulang, seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega, serta Joseph Pla dan beberapa penulis juga lahir Vladimir Nabokov, Maurice Druon, Manuel Mejía Vallejo, dan Haldór Laxness. Namun, mengenai tanggal kepulangan Shakespeare dan Cervantes terdapat perbedaan yang tak jauh akibat sistem kalender yang digunakan, yakni Inggris menggunakan Kalender Julian dan Kataloni menggunakan Kalender Gregorian.
sementara Perayaan ini, di Indonesia dimulai pada tahun 2006 yang diprakarsai oleh Forum Indonesia Membaca (FIM). FIM adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi pada aktivitas literasi.
Mereka berupaya membuka ruang seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya membaca. Sejak tahun 2006, animo dari komunitas literasi, taman bacaan masyarakat, penerbit buku, dan masyarakat umum semakin meningkat, bersama-sama berupaya agar Hari Buku Sedunia Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri.
Dan dalam perayaan Setiap tahunnya, UNESCO menetapkan sebuah kota sebagai World Book Capital. Fokusnya adalah pada kaum muda yang diharapkan akan membawa pengaruh positif akan budaya buku, membaca, menulis, dan bahkan daam dunia penerbitan. (Net)
- See more at: http://koranmakassaronline.com/v2/23-april-hari-buku-sedunia/#sthash.b84X9LpO.dpuf
Pada tahun 1923, tradisi ini mulai berganti untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang penulis yang meninggal dunia pada 23 April. Ternyata, yang memulainya adalah para pedagang buku. Tahun 1925 para perempuan mulai memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan dengan 4 juta mawar. Perayaan ini adalah bentuk penghargaan antara penulis, penerbit, distributor, organisasi perbukuan, serta komunitas dan masyarakat umum. Semuanya bekerja sama untuk mempromosikan buku dan literasi, serta meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan.
Mulai tahun 1995, melalui Konferensi Umum UNESCO di Paris, tanggal 23 ditetapkan sebagai Hari Buku Sedunia atas dasar tradisi tersebut. Di samping itu, pada tanggal ini beberapa penulis kenamaan berpulang, seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega, serta Joseph Pla dan beberapa penulis juga lahir Vladimir Nabokov, Maurice Druon, Manuel Mejía Vallejo, dan Haldór Laxness. Namun, mengenai tanggal kepulangan Shakespeare dan Cervantes terdapat perbedaan yang tak jauh akibat sistem kalender yang digunakan, yakni Inggris menggunakan Kalender Julian dan Kataloni menggunakan Kalender Gregorian.
sementara Perayaan ini, di Indonesia dimulai pada tahun 2006 yang diprakarsai oleh Forum Indonesia Membaca (FIM). FIM adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi pada aktivitas literasi.
Mereka berupaya membuka ruang seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya membaca. Sejak tahun 2006, animo dari komunitas literasi, taman bacaan masyarakat, penerbit buku, dan masyarakat umum semakin meningkat, bersama-sama berupaya agar Hari Buku Sedunia Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri.
Dan dalam perayaan Setiap tahunnya, UNESCO menetapkan sebuah kota sebagai World Book Capital. Fokusnya adalah pada kaum muda yang diharapkan akan membawa pengaruh positif akan budaya buku, membaca, menulis, dan bahkan daam dunia penerbitan. (Net)
- See more at: http://koranmakassaronline.com/v2/23-april-hari-buku-sedunia/#sthash.b84X9LpO.dpuf
Hari
Buku Sedunia dirayakan untuk pertama kalinya pada tanggal 23 April
1995. Acara tahunan ini digagas oleh UNESCO untuk mempromosikan budaya
membaca, penerbitan, dan hak cipta. Awalnya, ini adalah perayaan Hari
Saint George di wilayah Katalonia semenjak abad pertengahan. Tradisinya
adalah para pria memberikan mawar kepada kekasihnya.
Pada tahun 1923, tradisi ini mulai berganti untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang penulis yang meninggal dunia pada 23 April. Ternyata, yang memulainya adalah para pedagang buku. Tahun 1925 para perempuan mulai memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan dengan 4 juta mawar. Perayaan ini adalah bentuk penghargaan antara penulis, penerbit, distributor, organisasi perbukuan, serta komunitas dan masyarakat umum. Semuanya bekerja sama untuk mempromosikan buku dan literasi, serta meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan.
Mulai tahun 1995, melalui Konferensi Umum UNESCO di Paris, tanggal 23 ditetapkan sebagai Hari Buku Sedunia atas dasar tradisi tersebut. Di samping itu, pada tanggal ini beberapa penulis kenamaan berpulang, seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega, serta Joseph Pla dan beberapa penulis juga lahir Vladimir Nabokov, Maurice Druon, Manuel Mejía Vallejo, dan Haldór Laxness. Namun, mengenai tanggal kepulangan Shakespeare dan Cervantes terdapat perbedaan yang tak jauh akibat sistem kalender yang digunakan, yakni Inggris menggunakan Kalender Julian dan Kataloni menggunakan Kalender Gregorian.
sementara Perayaan ini, di Indonesia dimulai pada tahun 2006 yang diprakarsai oleh Forum Indonesia Membaca (FIM). FIM adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi pada aktivitas literasi.
Mereka berupaya membuka ruang seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya membaca. Sejak tahun 2006, animo dari komunitas literasi, taman bacaan masyarakat, penerbit buku, dan masyarakat umum semakin meningkat, bersama-sama berupaya agar Hari Buku Sedunia Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri.
Dan dalam perayaan Setiap tahunnya, UNESCO menetapkan sebuah kota sebagai World Book Capital. Fokusnya adalah pada kaum muda yang diharapkan akan membawa pengaruh positif akan budaya buku, membaca, menulis, dan bahkan daam dunia penerbitan. (Net)
- See more at: http://koranmakassaronline.com/v2/23-april-hari-buku-sedunia/#sthash.b84X9LpO.dpuf
Pada tahun 1923, tradisi ini mulai berganti untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang penulis yang meninggal dunia pada 23 April. Ternyata, yang memulainya adalah para pedagang buku. Tahun 1925 para perempuan mulai memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan dengan 4 juta mawar. Perayaan ini adalah bentuk penghargaan antara penulis, penerbit, distributor, organisasi perbukuan, serta komunitas dan masyarakat umum. Semuanya bekerja sama untuk mempromosikan buku dan literasi, serta meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan.
Mulai tahun 1995, melalui Konferensi Umum UNESCO di Paris, tanggal 23 ditetapkan sebagai Hari Buku Sedunia atas dasar tradisi tersebut. Di samping itu, pada tanggal ini beberapa penulis kenamaan berpulang, seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega, serta Joseph Pla dan beberapa penulis juga lahir Vladimir Nabokov, Maurice Druon, Manuel Mejía Vallejo, dan Haldór Laxness. Namun, mengenai tanggal kepulangan Shakespeare dan Cervantes terdapat perbedaan yang tak jauh akibat sistem kalender yang digunakan, yakni Inggris menggunakan Kalender Julian dan Kataloni menggunakan Kalender Gregorian.
sementara Perayaan ini, di Indonesia dimulai pada tahun 2006 yang diprakarsai oleh Forum Indonesia Membaca (FIM). FIM adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi pada aktivitas literasi.
Mereka berupaya membuka ruang seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya membaca. Sejak tahun 2006, animo dari komunitas literasi, taman bacaan masyarakat, penerbit buku, dan masyarakat umum semakin meningkat, bersama-sama berupaya agar Hari Buku Sedunia Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri.
Dan dalam perayaan Setiap tahunnya, UNESCO menetapkan sebuah kota sebagai World Book Capital. Fokusnya adalah pada kaum muda yang diharapkan akan membawa pengaruh positif akan budaya buku, membaca, menulis, dan bahkan daam dunia penerbitan. (Net)
- See more at: http://koranmakassaronline.com/v2/23-april-hari-buku-sedunia/#sthash.b84X9LpO.dpuf
Note : Siapa Miguel de Cervantes ? Mau tau? Googling sendiri ya ... hehe!
Salam,
Aunti eMDi Dazzling
Jadi mbak gak mau ngasi buku ke aku buat merayakan Hari Buku Sedunia? :p
BalasHapusBoleh... Doakan aja tulisanku cepet kelar, nanti kalau dah terbit aku kasih deh buat kamu say, hehe
Hapusaku juga ya dikasih hehehe dateng-dateng nyamber
HapusDoakan ya biar bisa kelar hehe
Hapusiyaa, kalau hari buku sedunia kita tuker2an buku aja yaa :D
BalasHapusBoelh juga :)
HapusDan aku lupa bikin postingan khusus hari buku itu, hahaha... -_-
BalasHapusSoalnya kamu lagi sibuk nyiapin novel kamu untuk terbit say :)
Hapus