(Prompt) Cerita Agustus 10
Hacciiihhh....
"Waah dia sudah sadar!" teriak seorang cewek sambil memegang kedua pipi Robi. Robi menggeliatkan badan, ia mengintip dari sudut matanya yang terbuka sedikit. Pemandangan asing baginya. Belum pernah sebelumnya ia berada di tempat seperti ini. Di manakah ia sekarang?
"Nan, untung elo sudah sadar, hampir aja gue panggil ambulan," kata cewek tadi sambil menepuk lembut pipinya. Nan? Siapa Nan? Aku kan Robi!?
"Kita pulang yuk kalau elo dah sadar. Entar gue ditelponin nyokap elo lagi deh," cerocosnya lagi. Kali ini Robi membuka matanya lebar. Dikucek-kuceknya matanya, tetap tak ada yang berubah. Suasananya masih sama dengan waktu pertama kali ia mengintip dari sudut matanya. Terus cewek ini siapa pula?
"Maaf saya mau ke belakang," kata Robi sambil melirik cewek yang sejak tadi begitu mengakrabinya.
"Hah, apa? Saya? Heii... kesambet apa lo tumben nyebut diri sendiri dengan saya, biasanya lo bilang gue mau ke rest room dulu," seloroh si cewek lagi.
Robi diam. Ia bukan kebelet pengen pipis sebenarnya tapi otaknya justru lagi bekerja keras mencoba mengingat sesuatu.
Ahaa...! Tiba-tiba saja rasanya segalanya jadi terang. Tampaknya saat ini ia tersesat entah di lorong waktu mana, tempat dengan musik hinggar bingar dan manusia yang berjejalan sambil bergoyang mengikuti irama musik yang iihhh... membuat ia gatal ingin ikut bergoyang gak tahan mendengarnya. Jangan genit Rob, saat ini aja kamu enggak tau berada di mana.
Heemm ia pasti tadi salah mengucapkan mantera hingga berubah menjadi cewek cantik.
Heemm ia pasti tadi salah mengucapkan mantera hingga berubah menjadi cewek cantik.
"Wi, siapa temen elo ini?" seorang cowok bertampang cakep dengan hidung menjulang tinggi dan tatapan mata tajam menghampiri mereka berdua, matanya menatap Robi lekat.
"Eh kenalin bro, ini Nani temen gue."
"Kok, gue baru ketemu ya. Cewek secantik ini lo umpeti segala sih Wi?" katanya lagi sambil menyorongkan tangannya mengajak Robi bersalaman.
"Habib."
"Robi."
Habib dan Dewi terbengong. Mengapa ia mengaku bernama Robi, nama seorang cowok?
Ketika tangan Robi masih dalam genggaman Habib di saat itu juga Robi merasa tertarik masuk ke dalam satu lorong yang berputar-putar. Menariknya masuk ke dalam. Dalam. Dan, lebih dalam lagi.
***
Byuuurrr...
Robi berenang. Ia ingin belajar menyelam sambil menikmati pemandangan laut. Sambil menyelam minum air, pikirnya.Tapi... Robi merasa dirinya perlahan-lahan tenggelam. Sambil menyelam minum air, pikirnya cepat-cepat ketika merasa nafasnya mulai sesak karena kekurangan oksigen. Saat itu, tiba-tiba saja, Robi merasa dirinya dapat bernafas dengan leluasa. Ia menggoyangkan tubuhnya dan menyadari sebuah perubahan terjadi pada dirinya. Astaga, pikirnya takjub, ternyata benar mantera yang diberikan kepadanya. Saat itu ia teringat satu hal lagi, dia lupa menanyakan mantera untuk kembali menjadi manusia!
Byuuurrr...
Robi berenang. Ia ingin belajar menyelam sambil menikmati pemandangan laut. Sambil menyelam minum air, pikirnya.Tapi... Robi merasa dirinya perlahan-lahan tenggelam. Sambil menyelam minum air, pikirnya cepat-cepat ketika merasa nafasnya mulai sesak karena kekurangan oksigen. Saat itu, tiba-tiba saja, Robi merasa dirinya dapat bernafas dengan leluasa. Ia menggoyangkan tubuhnya dan menyadari sebuah perubahan terjadi pada dirinya. Astaga, pikirnya takjub, ternyata benar mantera yang diberikan kepadanya. Saat itu ia teringat satu hal lagi, dia lupa menanyakan mantera untuk kembali menjadi manusia!
"Kerjaaar...!!"
"Tangkaaap...!!"
Terdengar terikan-teriakan dari segerombolan penduduk kampung dusun Cimeong, mereka sedang mengejar seekor babi hutan yang berlari lurus dan sangat kencang.
Hingga di batas tertentu si Babi sudah tak tampak lagi.
"Pokoknya, kalau babi ngepet itu kita dapetin kita habisi ia!"
"Kita sate aja."
"Hush! Haram!"
"Kita bakar rame-rame aja dia, biar tau rasa. Sudah terlalu sering warga dusun ini kehilangan uang."
"Tampaknya pasangan babi ngepet ini ketiduran jadi waktu lampunya bergoyang-goyang tertiup angin dia malah kepulesan tidur!" tutur yang lainnya.
Napas Robi tersenggal, tubuhnya bergetar dan berkeringat. Untung orang-orang kampung dusun itu tidak melihatnya bersembunyi setelah jarak mereka sedikit berjauhan. Andai salah satu dari mereka melihatnya, bisa mampuslah ia. Tak mungkin ia bisa bersembunyi di balik semak-semak rimbun ini dengan aman.
Beberapa orang tampak berjalan melewatinya, mereka tidak melihatnya sama sekali. Jantung Robi berdetak kencang, badannya semepet mungkin ia rapatkan. Oh my gosht... aku jadi babi ngepet. Ini enggak banget deh! Padahal maksud hati ingin menjadi ikan lumba lumba atau ikan paus sekalian.
Robi bingung, bagaimana mantera kembali ke wujud manusia, mendadak ia lupa. Tiba-tiba terdengar teriakan lagi.
"Itu dia...!" teriak mereka. Robi tak bisa mengelak ia hanya diam. Tak ada daya upaya untuk kabur, ia hanya memejamkan matanya saja sambil mengucapkan mantera yang ia ingat. Dan...
Triinggg...
"Waah... tangkapan tikus got kita besar bu... coba ibu gabung dengan tiga tikus lainnya, berarti bapak cukup membeli seperempat daging ayam saja cukup untuk mencampur daging-daging tikus itu buat mie ayam kita. Kali ini dagangan mie ayam kita bisa untung lebih besar."
Robi hanya meringis mendengar suara si Bapak tukang mie ayam. Ternyata isue seputar mie ayam dicampur daging tikus itu benar adanya. Untuk kali ini dirinya benar-benar pasrah.
Ide tulisan dari Promp-nya Kampung Fiksi
Auntie "eMDi" dazzling
Hingga di batas tertentu si Babi sudah tak tampak lagi.
"Pokoknya, kalau babi ngepet itu kita dapetin kita habisi ia!"
"Kita sate aja."
"Hush! Haram!"
"Kita bakar rame-rame aja dia, biar tau rasa. Sudah terlalu sering warga dusun ini kehilangan uang."
"Tampaknya pasangan babi ngepet ini ketiduran jadi waktu lampunya bergoyang-goyang tertiup angin dia malah kepulesan tidur!" tutur yang lainnya.
Napas Robi tersenggal, tubuhnya bergetar dan berkeringat. Untung orang-orang kampung dusun itu tidak melihatnya bersembunyi setelah jarak mereka sedikit berjauhan. Andai salah satu dari mereka melihatnya, bisa mampuslah ia. Tak mungkin ia bisa bersembunyi di balik semak-semak rimbun ini dengan aman.
Beberapa orang tampak berjalan melewatinya, mereka tidak melihatnya sama sekali. Jantung Robi berdetak kencang, badannya semepet mungkin ia rapatkan. Oh my gosht... aku jadi babi ngepet. Ini enggak banget deh! Padahal maksud hati ingin menjadi ikan lumba lumba atau ikan paus sekalian.
Robi bingung, bagaimana mantera kembali ke wujud manusia, mendadak ia lupa. Tiba-tiba terdengar teriakan lagi.
"Itu dia...!" teriak mereka. Robi tak bisa mengelak ia hanya diam. Tak ada daya upaya untuk kabur, ia hanya memejamkan matanya saja sambil mengucapkan mantera yang ia ingat. Dan...
Triinggg...
"Waah... tangkapan tikus got kita besar bu... coba ibu gabung dengan tiga tikus lainnya, berarti bapak cukup membeli seperempat daging ayam saja cukup untuk mencampur daging-daging tikus itu buat mie ayam kita. Kali ini dagangan mie ayam kita bisa untung lebih besar."
Robi hanya meringis mendengar suara si Bapak tukang mie ayam. Ternyata isue seputar mie ayam dicampur daging tikus itu benar adanya. Untuk kali ini dirinya benar-benar pasrah.
***
689 kata
Ide tulisan dari Promp-nya Kampung Fiksi
Auntie "eMDi" dazzling