(Prompt) Ceritera # Agustus 7 Apalah Arti Sebuah Nama
Namaku Merana Merindukan Dikau Yang Kucinta. Aku seorang perempuan berusia tujuh belas tahun. Menurut ibuku namaku ini adalah nama terindah pemberian ayah atas nama cinta. Saat ibu mengandungku ayah sedang berada jauh di negri seberang, bekerja sebagai TKI gelap. Bukan terang alias resmi! Jelas ayah tak bisa bekerja sebagai TKI resmi, selain tak punya uang ia pun tak punya keahlian apa pun. Pendidikan ayah hanya sampai SD, itu pun tak tamat, tetapi kelak ia mempunyai gelar SDTT setaraf dengan salah seorang Motivator Indonesia yang terkenal itu, Andrie Wongso. Sayang, jika Andrie Wongso dikemudian hari gelarnya bertambah menjadi SDTT, TBS, ILB sedang ayah cukup dengan SDTT nya saja alias Sekolah Dasar Tak Tamat. Sedang Andrie Wongso bergelar Sekolah Dasar Tak Tamat, Tapi Bisa Sukess, Itu Luar Biasa.
Gara-gara menyandang nama ini hidupku rasanya tak seindah teman-teman seusiaku. Di mana pun aku berada selalu mimik wajah aneh terpampang di depanku ketika kusebutkan nama lengkapku. Sebenarnya aku jarang menyebutkan nama lengkapku, cukup kubilang saja Rana atau kadang kusebut saja namaku Cinta biar seperti Cinta Laura si Hujan Becek Gak Ada Ojek. Tapi kalau mau cari ojek sekarang sih gampang, ada Go-Jek, ada Grab-Bike dan ada Cover-Jek, tinggal pilih saja mau pake jasa ojek online yang mana, atau mau mobil uber? Boleh saja, selain keren harganya murah dibanding taksi biasa. Mobilnya boleh pilih, mau pakai yang StandarX atau PremiumBlack soal harga tetep masih lebih murah uber dibanding taksi komersial, mobilnya bagus-bagus, kalau lagi beruntung bisa dapet Pajero atau Mercedes Benz plus ditawari air mineral dan permen.
Hush! Ngelantur...balik ke pokok masalah.
Yang buat aku pusing tujuh keliling aku baru mempunyai seorang pacar. Aku takut sekali menyebutkan nama asliku. Aku hanya bilang namaku Cinta. Titik. Waktu aku bilang namaku Cinta pacarku yang bernama Budi Doremi ini terpesona, katanya "Namamu indah seindah wajahmu"
Tapi itu kan karena dia tak tau nama lengkapku. Bagaimana kalau dia tau?
Siang itu Budi pacaraku mengantarku ke Kelurahan karena aku akan membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) dikarenakan usiaku tepat tujuh belas tahun di hari kamis itu. Ada perasaan deg degan ketika aku berada di ruang tunggu menunggu giliranku untuk dilayani.Tiba tiba saja...
"Ini siapa Cin? Merana Merindukan Dikau Yang Kucinta?" tanyanya dengan dahi berkerut ketika ia menggambilkan Kartu Keluarga (KK) yang terjatuh dari genggamanku. Aku terdiam, tak bisa menjawab. Budi melirikku, matanya menatapku tajam.
"Siapa Cin?"
"Is it you?"
Aku diam. Bibirku terkatup rapat. Inikah akhir dari perjalanan cintaku bersama Budi Doremi? Yang baru sja dimulai. Aku takut kehilangan dia. "Tuhan, tolong agar rahasia ini tidak terbonggar," doaku.
"Itu nama Ibuku," sahutku berbohong. Kulihat Budi terdiam. Sedetik kemudian matanya menatapku tajam tepat di kedua bola mataku. Ada bah air mata mencoba mendesak keluar dari rongga rongga mataku.
"Kamu bohong!" katanya serius.
"Tttiiidak!" kataku tergagap.
"Mana mungkin ibumu lahir di tahun 1998? Itu sama dengan umurmu saat ini!"
"Cinta... itu nama lengkapmu kan? Jadi itu nama yang selalu kamu rahasiakan padaku jika aku tanya nama lengkapmu?"
Aku diam. Tuhaann... aku hanya ingin punya nama Cinta saja tidak selengkap pemberian orangtuaku. Aku terlalu cape dan berat menanggung beban nama ini!
Hening.
"Cinta tatap mataku, tapi ingat aku bukan Deddi Cobudzeir si mentalis botak itu jadi aku bukan mau menghipnotismu. Aku hanya mau bilang "Bunga tetaplah bunga, andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi. So? Apalah arti sebuah nama?"
Ditulis untuk Kampung Fiksi
William Shakespeare : "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet."
Hush! Ngelantur...balik ke pokok masalah.
Yang buat aku pusing tujuh keliling aku baru mempunyai seorang pacar. Aku takut sekali menyebutkan nama asliku. Aku hanya bilang namaku Cinta. Titik. Waktu aku bilang namaku Cinta pacarku yang bernama Budi Doremi ini terpesona, katanya "Namamu indah seindah wajahmu"
Tapi itu kan karena dia tak tau nama lengkapku. Bagaimana kalau dia tau?
Siang itu Budi pacaraku mengantarku ke Kelurahan karena aku akan membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) dikarenakan usiaku tepat tujuh belas tahun di hari kamis itu. Ada perasaan deg degan ketika aku berada di ruang tunggu menunggu giliranku untuk dilayani.Tiba tiba saja...
"Ini siapa Cin? Merana Merindukan Dikau Yang Kucinta?" tanyanya dengan dahi berkerut ketika ia menggambilkan Kartu Keluarga (KK) yang terjatuh dari genggamanku. Aku terdiam, tak bisa menjawab. Budi melirikku, matanya menatapku tajam.
"Siapa Cin?"
"Is it you?"
Aku diam. Bibirku terkatup rapat. Inikah akhir dari perjalanan cintaku bersama Budi Doremi? Yang baru sja dimulai. Aku takut kehilangan dia. "Tuhan, tolong agar rahasia ini tidak terbonggar," doaku.
"Itu nama Ibuku," sahutku berbohong. Kulihat Budi terdiam. Sedetik kemudian matanya menatapku tajam tepat di kedua bola mataku. Ada bah air mata mencoba mendesak keluar dari rongga rongga mataku.
"Kamu bohong!" katanya serius.
"Tttiiidak!" kataku tergagap.
"Mana mungkin ibumu lahir di tahun 1998? Itu sama dengan umurmu saat ini!"
"Cinta... itu nama lengkapmu kan? Jadi itu nama yang selalu kamu rahasiakan padaku jika aku tanya nama lengkapmu?"
Aku diam. Tuhaann... aku hanya ingin punya nama Cinta saja tidak selengkap pemberian orangtuaku. Aku terlalu cape dan berat menanggung beban nama ini!
Hening.
"Cinta tatap mataku, tapi ingat aku bukan Deddi Cobudzeir si mentalis botak itu jadi aku bukan mau menghipnotismu. Aku hanya mau bilang "Bunga tetaplah bunga, andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi. So? Apalah arti sebuah nama?"
***
546 Kata
Ditulis untuk Kampung Fiksi
William Shakespeare : "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet."
LOL XD
BalasHapus