Mengapa ada orang, yang memulai pagi hari, dengan wajah
cemberut, asam, tak berseri ….. ?
Wajah
tegang nan asam itu, saya dapatkan pada atasan saya di setiap perjumpaan di
pagi hari. Saya tidak tau, apa yang menyebabkan ia begitu terlihat tegang di
pagi hari. Apakah karena tugas-tugas kerjanya yang sebegitu berat, yang telah
menantinya kah ? Hingga beban itu terasa melelahkannya, atau justru, mungkin
Karena urusan keluarganya yang begitu ruwetnya, sehingga membuat hari-hari
paginya begitu tidak berseri, penuh dengan kemurungan ?
Saya
tidak tau, jawabannya !? Yang saya hanya
bisa tangkap sekilas dari sikapnya ialah, “pagi yang tak berseri”.
Sebenarnyalah,
ia adalah seorang yang berhati lembut. Ia mudah sekali jatuh kasian pada orang-orang
yang berkesusahan. Ia bak seorang ‘good Samaritan’ – seorang yang murah hati –
dermawan. Dan sejatinyalah kesangaran itu, bukanlah milik wajahnya yang
sesungguhnya. Wajahnya sesungguhnya, cantik nan rupawan. Dan wajah paginya yang
sangar itu, mungkin hanyalah emosi sesaatnya yang tak bisa ia selimutinya
dengan baik.
Dan
seperti pagi-pagi sebelumnya, di pagi ini pun, wajah itu terlihat tegang nan
galak.
Saya
sebagai bawahannya, tidak sepatutnyalah menambah kegelisahannya. Saya hanya
tertegun, tak berani menyapa, meski itu sekedar ucapan “selamat pagi” atau
sapaan “hallo” saja. Saya hanya terdiam, menunggu salju es itu mencair dengan
sendirinya. Satu hal yang biasa saya lakukan, hanyalah membuatkannya secangkir
teh manis hangat, dengan harapan, minuman itu bisa membuat hatinya menjadi
hangat, dan tidak sedingin seperti sebelumnya. Breaking the ice – memecah ketegangan,
itu saja.
Dan,
saya merasakan gunung es itu akan mencair
seiring siang menyapa. Senyum, tawa, candanyapun kemudian keluar begitu
saja, bagai muntahan lahar yang tak dapat di bendung. Jika sudah begini, saya
hanya tersenyum dalam hati, ikut berbahagia dan merasa tenang. “Oh, gunung es
itu sudah mencair”, batin saya.
Kadang
saya berimajinasi, bagaimana jika ia adalah benar-benar si gunung es yang beku nan
dingin, yang tidak mudah mencair. Bagai gunung es di pegunungan Himalaya nun
jauh disana itu? “Hiiii …”, Saya
bergidik membayangkannya. “Brrrrrrrreerrr ….”, dingin.
Jika
ia sedingin gunung es itu, apalah arti secangkir teh hangat yang biasa saya
suguhkan buatnya itu ? Itu sama saja dengan setitik air tawar yang dituangkan
ke air laut. Tidak ada artinya, tidak ada pengaruhnya. Yang ada, si air tawar
malah berubah menjadi asin, seasin air laut.
Tetapi,
ternyata atasan saya ini, hanyalah laksana secuil es batu yang mudah mencair.
Jangankan es batu itu di siram air hangat, dibiarkan saja, ia sudah mencair dan
meleleh kemana-mana, membasahi semua sudut, menguap, dan mengering.
Gambaran
itu, hanyalah pandangan sepihak saya saja, bukan dari sudut pandang orang lain.
Karena, jika mendengar bisik-bisik dari orang lain, mereka menggambarkan : ia
laksana macan saja, galak nan menakutkan. Tapi bukankah, macan itu ‘MAnis
CANtik’ ?!. Memang, ia terkadang terlihat galak. Tetapi saya tau, kegalakannya
itu akan mudah mencair, bagai secuil batu es tadi, yang sedetik kemudian mencair,
tinggal basah yang tersisa.
Dan,
sayapun yakin, disudut terdalam hatinya,
ia adalah seorang yang berhati lembut, hati seorang ibu yang mencintai anak-anak
dan keluarganya dengan setulus hati. Hati yang lembut nan peka. Satu harapan, semoga kelembutannya
itu saja yang tersirat, di setiap
pagi hari menyapa. Dan tersenyumlah bu, karena pagi berseri menyapamu …
Ada
satu kerinduan yang selalu ingin terucap. Rindu menyapanya di pagi hari. Dan, kerinduan itu laksana ibu
hamil Sembilan bulan, yang menantikan si jabang bayi segera terlahir, tetapi
takut untuk menghadapi kelahirannya. Tetapi, tanda-tanda kelahiran itu
tampaknya sudah mulai terasa. Mules yang semakin menghebat, dan mules itu
rasanya sudah di ambang batas bertahan,
dan sebentar … , eeuuuuhhhhh brrroooooll
….
“Selamat
pagi bu …”
Ucapan
itu terlahir juga :) plong
Have
a nice day.
Tapi
bu, jangan sering-sering jadi batu es, lihat tuh jadi pada becek semua *hehe just kidding
Note : Tulisan ini hanya hasil rekayasa saja, jika ada kesamaan cerita,tokoh,kejadian itu bukan karena kesengajaan, melainkan disengaja hehe . Salam : Peace,Love and Gaul
Oya, nampaknya saya besok mulai di karantina (hihi kaya animal aza), mungkin bisa sampe satu bulan. Tapi sih semoga masih bisa ngenet hehe. Sampe ketemu lagi ya :)
Oya, nampaknya saya besok mulai di karantina (hihi kaya animal aza), mungkin bisa sampe satu bulan. Tapi sih semoga masih bisa ngenet hehe. Sampe ketemu lagi ya :)
My
Note : Sapalah pagi dengan berseri, karena pagi akan menyapamu pula dengan wajah berserinya :)
Salam,
Auntie Dazzling
Salam,
Auntie Dazzling
Ohh ini fiksi, kirain... btw mbak, bosnya mirip banget ma saya :p
BalasHapusSebetunya itu non fiksi, note-nya saja yang bercanda :)
Hapussaya belum kerja, semoga pas kerja bosnya asyik.
BalasHapusSemoga, kudoakan :)
Hapuskalau bos saya kaya es batu, saya mo jadi cendol aja, kan seger tuh diminum siang-siang...
BalasHapusHahaha asiikk ..... seger :)
Hapusyang harus kita lakukan adalah senantiasa bersyukur saat menyambut hari yang baru, karena kita sudah diberi kesempatan oleh Sang Khaliq untuk menikmatinya...maka tersenyumlah :-)
BalasHapusSip, Bersyukur, itu yang utama :)
Hapusselamat pagi bunda....
BalasHapusThanks for visit my blog....
Siang dewi, hehe maklum ini siang sekarang.
HapusThanks juga sudah berkunjung :)
memang agak berat untuk memulai dari kita terlebih dulu yang negor :( hehehe.. tapi iia pasti besar lah manfaatnya ;)
BalasHapusBukan gak mau negor, justru pengennya neor duluan :)
HapusOalah, Akoh berpikir ini atas Kak Marchia beneran, ternyata fiksi. Dikerangkeng kenapa Kak?
BalasHapusHihi Koh, sebenernya itu kisah nyata :)
Hapusceritanya lagi nahan boker yah? :P
BalasHapusHihi, Nuel ada2 aja, pasti bacanya pas bagian belakang doang hadeuh! :)
BalasHapusumh kalo saya mau jd bos yg kayak es batu jg, biar nanti ada bawahan cewek saya yg jadi sirupnya yg membuat saya jadi manis hehehehe...
BalasHapusHahaha bisa-bisa, jadinya es sirup seger deh :)
Hapus