“Jika kau membaca ini, aku tak tau, apakah kau
telah berubah?” tulis si Ibu penuh
harap.
Ku pandangi
wajah tua tak berdaya itu, tersirat kesedihan yang dalam. Kecantikan masa
mudanya masih terpancar jelas. Dan pantasnya, Ia berasal dari keturunan
keluarga kaya. Tetapi yang aku tau, Ia hanya tinggal di rumah ukuran 21/60 m2
ini, sedangkan rumahnya bersama mantan suaminya yang kaya raya itu, Ia tinggalkan
sejak sang Suami mengawini perempuan lain.
Dan hari itu, aku hanya terdiam, saat si Ibu berkeluh kesah lagi padaku. Ku jadikan diriku sebagai pendengarnya yang baik.
“Aku
tak punya apa pun, jika aku mati, maka aku hanya mewarisi hutang. Hutang kepada
bu Prapti Dua puluh juta, baru terbayar
sebagian, sisanya Lima juta lagi,” tulisnya.
Aku
tau, uang itu adalah hutang buat sang Anak, gara-gara terkena kasus narkoba, dan Ia harus menebusnya.
Lain
waktu, seorang Polisi datang ke rumah, membawa kabar yang sangat tak di
harapkan, “Anak ibu kami tahan, karena telah tertangkap menjarah toko emas,” kata si Polisi. Kabar ini, segera ia ceritakan padaku, katanya, “Anakku telah
membuatku susah lagi, dengan terpaksa aku akan menjual rumah ini, setelah itu,
aku tak akan pernah lagi membantunya, karena sejatinya dirinya sendirilah yang
bisa menolong hidupnya, bukan orang lain katanya, lalu ia menorehkan sebuah
tulisan cukup besar : “Buat anakku : Kamu tau nak, mencari uang itu tidak mudah.”
Lima
tahun berlalu …..
“Aku
harus pulang menemui ibuku, selamat tinggal Lembaga Permasyarakatan – Engkau
adalah pelajaran terbesar dalam hidupku, dan aku, tidak akan menjadi pecundang
lagi, aku telah salah langkah, sakit hatiku pada ayahku tidak seharusnya aku
balaskan pada ibuku, ibuku telah habis
hartanya olehku, sebelum aku sendiri bisa menghasilkan,” bisik si Pemuda
dengan wajah berseri penuh keyakinan.
Bergegas
ia meninggalkan penjara, dan itu adalah hari pembebasannya.
Sampai
di rumah, ia celingukan mencari sang Ibu. Rumahnya banyak perubahan. Di ketuknya
pintu rumahnya keras-keras, “Bu, ibu,
aku pulang,” teriaknya kencang. Tak lama berselang, muncul perempuan muda dengan
perut membuncit sedang hamil.
“Maaf, mas mencari
siapa ya?” tanyanya.
“Saya mencari Ibu saya, Ibu Suryani”.
“Bu Sur ?!, oh, maaf, pemilik rumah ini sebelumnya?!”
“Beliau sudah meningga tiga tahun yang lalu, Ia menjual rumah
ini pada kami untuk membiayai perkara pengadilan anaknya, dan Ia, tinggal
bersama kami, hingga ajal menjemputnya,” terangnya.
“Jadi mas ini Putranya?" tanyanya
“Sssebentar mas, ada titipan darinya,” Perempuan muda itu
masuk ke dalam, mengambil sesuatu dari laci. Di sodorkannya sebuah buku pada si
Pemuda.
“Ini
titipan dari Ibu.”
Si
pemuda mematung, di ambilnya buku yang di sodorkan padanya.
“Diary!” ucapnya lemah.
Dipandanginya
sampul Diary yang bertuliskan “Never Spend your money before you have Earned It – Thomas Jefferson."
Tak
lama kemudian, ia membuka diriku - lembar demi lembar, membaca curahan hati dan
harapan ibunya padanya, curahan hati yang selama ini di tumpahkan ibunya padaku,
si Diary. Tetesan air mata membasahi tubuhku. Ada tangis penyesalan yang dalam.
Dan aku tau, ia – sang Pemuda – telah berubah, seperti harapan ibunya.
Jakarta,
17 Juni 2013
477
Kata
sangat menyesal pasti putranya, ya
BalasHapusPastinya ...
Hapuspenyesalan yang terlambat ya
BalasHapusTampaknya sih begitu
HapusPenyesalan memang datangnya belakangan. Tapi mungkin dengan cara itulah Allah menyadarkan seseorang kawan.
HapusYups bang :)
HapusPenyeselan emang datangnya selalu terlambat :)
Hapus“Never Spend your money before you have Earned It
BalasHapuskeren quotenya :)
Hehe quote dari challenge Berani Bercerita mba :)
HapusMasuk! Udah bagus, Daz! Tapi emosinya masih datar... Alurnya kecepetan! Gue suka gaya penulisannya! Sip! ;-)
BalasHapusDaz! Kayaknya link yg disubmit gak tepat tujuan, deh! Coba dicek lagi dari Berani Cerita ... ;-)
HapusThanks masukannya ya, iya ada yg salah tampaknya.
HapusDeuh, nyesel bgt pasti anaknya ini...
BalasHapusPastinya ...
Hapuspasti sangat menyesal itu sang anak. Belum sempet membahagiakan ibunya karena hendak bertaubat. Semoga setelah keluar dari penjara, pemuda itu sadar.
BalasHapusHihi ... ini kan cuma cerita :)
Hapuswewdew, bisa berebes mili apa itu istilahnya, kalo jadi di kehidupan nyata non :p
BalasHapus#roman romannya udah siap nyetak buku neh :P
Iya, siap menerbitkan buku utang neh bang :) hehe
Hapussemprul
HapusJiiiaaah hehehe
HapusBanyak tanda baca yang salah, mungkin lebih diperhatikan lagi agar enak dibaca.
BalasHapusMenurutku ceritanya masih datar dan greget.
“..... hingga ajal menjemputnya” => secara pribadi aku gak suka kalimat ini diucapkan utnuk seorang ibu yang telah meninggal, terlalu kasar menurutku. mungkin bisa diganti dengan ".... hingga beliau meninggal"
semangaat :))
Thanks ya koreksi dan masukannya, tampaknya saya harus belajar lagi EYD nih :)
HapusJadi end crtanya ibunya meninggal?
BalasHapusYa ... gitu deh :)
Hapushiks.. sedih bacanya.. pastinya tuh anak nyesel bnget..
BalasHapus