Sepi, itu yang dirasakan Roni siang itu. Mungkin hanya beberapa anak saja yang berseliweran di lorong kelas saat jam ketiga.
"Kesempatan. Mumpung sepi."
Roni tersenyum sambil bersyukur dalam hati karena sepertinya suasana sedang berpihak padanya. Diambilnya sebuah kursi, lalu membuka sebuah jendela kelas 8-H yang sudah rusak.
Sepi …
membangunkan bulu kuduknya. Jarinya mencengkram amplop hasil sumbangan.
Tujuh hari yang lalu Roni si Ketua
Rohis itu mengadakan penggalangan dana untuk di sumbangkan pada kaum Dhuafa.
Tetapi dana tersebut setengahnya raib entah kemana. Tak seorangpun tau. Hanya
terdengar desas-desus Ripto si Nakal itu yang jadi tertuduh.
***
Roni tersentak. Wajahnya merah
bercampur keringat. Jantungnya berdetak kencang membaca tulisan Ripto di selembar
kertas.
“Aku memang nakal. Tapi aku bukan
pencuri.”
Di remasnya kuat tulisan itu.
Pandangannya kabur tertutup air
mata yang meleleh. Wajah Ripto sepintas berkelebat dalam ingatannya.
“Ron, ngapain elo kemarin ada di
gengnya si Fikri yang pecandu itu?”
“Ada perlu To!”
Itu adalah percakapan terakhirnya
dengan Ripto di hari sebelum Ripto di sidang.
Ya, Ripto memang sudah berpulang.
Kejadiannya sepulang sekolah setelah Ia di sidang. Ia tertabrak truk pengangkut
tanah. Kepalanya hancur, dan ususnya terburai.
***
Semalam Roni tak bisa tidur
nyenyak. Ia bermimpi buruk lagi. Dalam mimpi Ia bertemu Ripto. Ripto hanya tersenyum
tanpa kata.
Roni terbangun dengan napas
tersenggal. Badannya basah oleh keringat yang membanjir. Bau tak sedap menyebar
dari mulutnya. Dilepasnya kaos bertuliskan “ROHIS” kebanggaannya. Kakinya yang
kurus berjalan mondar-mandir tak menentu. Ia harus segera ke sekolah. Ada yang
harus Ia selesaikan.
Dan, hari masih teramat pagi.
***
6.30 pagi, sekolah sudah mulai
terlihat ramai. Tetapi keramaian terlihat di lorong terujung kelas 8-H. Semua
siswa berkerumun di situ.
Roni tergantung, lidahnya terjulur kaku.
Di meja ada sebuah surat “Maafkan
aku, karena akulah Ketua Rohis si Pencuri itu.”
*** The End
***
291 Kata
291 Kata
* Rohis berasal dari kata
"Rohani" dan "Islam." Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler
(ekskul).
Waduw... duit rohis membawa petaka.
BalasHapusHarusnya jangan ya :)
Hapuswedeeew cerita sadiiis bgt mba :(
BalasHapusHehe sekali2 Dri ... haha
HapusSeddaapp.. sadis tapi keren.
BalasHapussaran dikit: seharusya kata "si ketua rohis" gak perlu diulang berkali-kali. cukup sekali pengenalan pasti uda bisa tau maksudnya.
Thanks ya Yu masukannya. Mksdnya tadinya kata yg awal sebgai pengenalan yg kedua (terakhir) itu cuma menegaskan saja bahwa org yg kita anggap sempurna bisa juga terjatuh. Tapi thanks banyak masukannya ya :)
Hapusmantep! tinggal pemadatannya aja dikit... :)
BalasHapusWaduh klo di padatin lg bingung bang mau pangkas yg mana ?
HapusBantu dong mana yg hrs di pangkas.
Inget, Bun! Show! Don't tell! Berikan sesuatu yang bikin ngerti orang secara tersirat, bukan tersurat ... IMHO :-)
HapusYups,thanks Nak :)
Hapuswaduh kisah singkat yang penuh ketragisan :D
BalasHapusIya nih terlalu tragis ya ?!
Hapushampir sama ceritanya kaya kehilangan di kantor saya hehe ..
HapusOya yg office boy itu ya ?
Hapusbukan.. tapi salah satu kru hehe
Hapusserem mbak ceritanya
BalasHapusHihi iya El
Hapusyahh...
BalasHapuskok...
:(
<-- dulu anak rohis
Kan tak ada ganting yg tak retak hehe
Hapussenang membaca blog yang berisi cerita-cerita seperti ini karena saya paling nggak bisa nulis mbak
BalasHapusThanks masbro, tpi itu masbro nulis di blog apa ?
Hapusgak suka ama akhirnya. mestinya rohis jadi contoh. coba dibiarkan pembaca menebak akhirnya, pasti tambah mantap ceritanya
BalasHapusIya sih kan ceritannya Roni nya mulai terpengaruh Fikri.
HapusMasukannya makasih mas, itu terlalu gamblang ya.
waduh ternyata yang mencuri ketua rohis ya.
BalasHapuskisahnya kok serem semua. Sampai ada gantung diri segala.
Hehe iya. Besok2 jgn terlalu serem gitu ya.
Hapuskalau dari segi flash fiction oke juga.
BalasHapuskalau sobat jago bikin cerpen, bisa dikembangkan lagi ini ceritanya. Jadi pembaca bertanya-tanya siapa sih pelakunya.
Bahan dasar untuk membuat cerpen, bagus juga ini.
Thanks masbro masukannya.
Hapuswah ironis amat
BalasHapusTerlalu ya Fan ?
Hapusmaaf, promptnya sepertinya terlalu dipaksa dengan kalimat di paragraf di awal. meskipun sebenarnya saya paham maksudnya :)
BalasHapusThanks mba masukannya.
HapusSemoga ke depan lebih naik.
glek...ternyata malu menjadi beban karena mengkambing hitamkan orang yang tak bersalah..akhirnya ditebus dengan bunuh diri...sudah berdosa dengan mengfitnah ,,malah bertambah dosa lagi karena bunuh diri....nice story :-)
BalasHapusIya nih nyesel endingnya di buat terlalu tragis.
Hapusgag nyangka endingnya..
BalasHapusIya nih terlalu tragis ah.
Hapusnice story.. nilai: 8...
BalasHapus:)
Thanks Nuel :)
Hapuswadduh, berakhir dg bunuh diri :(
BalasHapusTerlalu sadis ya ?!
Hapusketuanya tidak amanah ya
BalasHapusYa begitu deh Fit :)
Hapus