Translator

Senin, 09 Desember 2013

Gledek, Petir, Kilat, dan Thunder !


Jdeeerrr .....! Bunyi petir begitu keras membahana, saya menelungkupkan wajah di balik bantal dan guling untuk sedikit meringankan rasa takut yang merasuk.


                                                                          ***



Baru kali ini saya merasa takut luar biasa oleh suara guntur dan petir, tapi bukan berarti juga saya berani loh. Semalam suara gemuruh guntur berkolaborasi sangat sukses dengan kilatan petir yang membahana memenuhi ruang angkasa, sehingga itu membuat saya ketakutan luar biasa. Nyala petir yang sangat dasyat dan suara gemuruh guntur yang tak kalah dasyat itu menciutkan nyali saya. Kebetulan semalam saya di rumah seorang diri saja, my hubby belum pulang gawe sedangkan anak saya hehe dia memang tidak bersama kami, tetapi dia berada di rumah grandma-nya. Jadi, semalam saya memang benar-benar alone alias sorangan wae dan sukses merasa ketakutan sendiri tanpa ditemani sanak saudara #hihi maunya.

Sore, menjelang malam kemarin itu tiba-tiba langit tampak gelap gulita, feeling saya bilang "ini sih bakalan hujan gede" . Ternyata memang benar, tak lama terdengar suara gemuruh guntur diselingi kilatan petir yang berhasil mencuri potret diri saya dengan cepat.

Jdeerrrrrrrrrrrrrrr ...!! Kliikkkk !!

Serasa potret diri saya tercuri candid camera, tapi karena saya bukan artis maka saya relakan potret diri ini terekam dengan bebas. # emang lo bukan artis, sok ngartis lagi huh!


Kalau boleh saya bercerita, suara guntur dan petir ini baru kali ini saya rasakan dalam hidup saya luar biasa dasyat. Dalam ketakutan semalam sempat saya berpikir "Inilah hari kiamat itu" , karena mendengar suara gemuruh guntur yang luar biasa besar dan kilatan petir yang dasyat. Tadi malam, di cakrawala bagai ada perang maha dasyat sedang berkecambuk. Saya menelungkupkan badan saya tepat di ujung kasur, tubuh saya berhimpitan dengan tembok sekedar untuk menenangkan diri bahwa masih ada perlindungan buat saya, meski perlindungan itu hanya sebatas tembok. Kepala saya saya tutupi dengan guling dan bantal dengan posisi tubuh dan kepala menelungkup. Tak lama tiba-tiba...

Pettt ...! 

Lampu mati. 

Aliran listrik terputus.

Gelap gulita.

Saya semakin ketakutan. Buru-buru saya ambil telpon genggam  yang posisinya sedang di charge dekat tipi dan beruntung tipi sudah saya matikan sebelumnya. Dalam ketakutan itu masih ada rasa exist dalam diri saya untuk mengabarkan peristiwa itu dengan keinginan ngetwitt barang beberapa kata, mungkin kata itu  ...

"Gile, guntur dan kilat di daerah gue menakutkan banget!"

Atau,

"Ya ampun ... suara guntur dan kilatan petir itu buat hati gue ciut!"

Tapi, baru saja jempol saya menekan ikon twitter di telepon genggam, tiba-tiba pet telepon genggam saya pun mati total karena lobatt. Gusar dan takut bercampur aduk. Tangan saya segera meraba-raba mencari lilin dan korek, beruntung saya berhasil mendapatkannya. Segera saya membuka korek api bensin yang bentuknya kepala singa dan berbadan ikan itu,

Tilililililili ... lili ... lili ... lili ...

Suara musik dari pematik itu langsung terdengar waktu saya membuka tutupnya, buru-buru saya memencet pematiknya, tapi sayang beberapa kali saya pencet tak juga keluar api dari pematik yang bentuknya antik tapi tak berfungsi itu. Akhirnya saya hanya menggenggam lilin dan pematik tersebut dan buru-buru menghempaskan tubuh saya dan kemudian menghimpitkannya  kembali ke tembok. Salah satu ketakutan terbesar yang pernah saya rasakan adalah saat itu. Saat sendiri tanpa siapapun juga menemani, di tengah badai kilat petir dan guntur yang luar biasa berkecamuk. Satu hal yang saya lakukan hanya berdoa, "Tuhan aku takut, tolong aku" bisik hati saya.

Gelap dan badai petir-guntur ini membawa ingatan saya melayang-layang. Tiba-tiba saya teringat puteri saya sambil membayangkan ia dalam kondisi ketakutan di kamar sambil didekap sang Granny. Selintas kemudian wajah my hubby melintas, "baik-baik kah ia?" Pikir saya menerawang. Ingatan saya mulai mencari-cari sosok-sosok yang entah mengapa tiba-tiba membawa kepada suatu masa. Masa ketika saya duduk di kelas satu SMP. Waktu itu sekitar bulan desember, dimana sedang diadakan porseni class. Hari itu tepatnya siang menjelang sore terlihat cuaca mulai mendung dan rintik-rintik hujan pun mulai turun. Sebagian murid yang sedang melakukan aktifitas di lapangan upacara bubar, berteduh dari rintikan hujan yang sebenarnya hanya turun tipis-tipis saja. Dan, saya adalah salah satu murid yang bahkan memilih untuk segera pulang, daripada menunggu hujan reda yang entah kapan berhenti. Sebelum pulang saya sempat memperhatikan beberapa teman yang masih asik bermain bola voli dan bola kaki di lapangan sepak bola yang lokasinya tepat di depan sekolah. Memang murid-murid terpecah menjadi dua bagian, satu di lapangan upacara dan satu lagi di lapangan sepak bola yang berhadapan langsung dengan sekolah ini, sehingga dari dalam sekolah pun kita dapat melihatnya. Saya sempat melihat beberapa teman satu kelas saya masih asik bermain voli dan sepak bola ketika saya hendak pulang, dan sempat pula menonton mereka sebentar. Selintas kegembiraan tergambar dari wajah mereka. Tak lama saya pun segera bergegas pulang sambil berlari kecil, berlomba dengan sang Hujan yang turun tipis-tipis bagai mengejek saya yang berlari ketakutan terkena basahan airnya.


Esoknya ...


Suasana sekolah terlihat ramai. Saya celingukan penasaran, merasa ada sesuatu yang aneh. Murid-murid bergerombol, membentuk kelompok-kelompok kecil.

"Ada apa?" Tanya saya penasaran.

Seorang teman menyodorkan sebuah koran.

"Ya, Tuhan!" Saya berteriak kaget.

Dalam koran saya membaca satu peristiwa yang terjadi kemarin. Mata saya panas menahan air mata yang tiba-tiba saja mendesak ingin segera dikeluarkan. Dalam berita di koran itu diceritakan ada tiga orang murid sekolah kami yang tersambar petir, salah satunya bahkan meninggal karena tepat di bagian jantungnya terdapat lobang yang menembus punggung akibat tersambar petir kemarin. Dari ketiga murid yang tersambar itu dua diantaranya adalah teman satu kelas saya, Edi dan Aldrin mereka kondisinya masih selamat dan mereka masih dalam perawatan di rumah sakit, sedang satu yang meninggal Julianto adalah teman satu angkatan saya juga, beda kelas. Air mata saya akhirnya rontok tak terbendung, kaget dengan semua yang terjadi.

Hari itu kebetulan jatuh pada hari Jum'at,  kami semua melayat alm.Julianto, Ia akan dimakamkan setelah shalat Jum'at.  Di rumah duka lautan manusia tumpah ruah, ada juga media yang masih ingin meliput. Kami semua berduka. Berduka buat sahabat kami yang harus berpulang di usia yang masih sangat muda.


R.I.P.  Julianto.


Ya, gara-gara hujan kemarin memori saya telah membawa kenangan akan "peristiwa buruk" ketika saya kelas satu SMP. Dan semoga tulisan ini menjadi pelajaran buat kita semua untuk tidak bermain-main dengan alam - bermain-main dengan hujan dan petir.



*Note : Tulisan ini dibuat tgl. 06 Desember 2013, sehari setelah hujan dan petir yang membahana itu di jam 6.30 petang hingga jam 8 malam.




Salam,
Auntie 'eMDi' Dazzling

7 komentar:

  1. semoga Julianto dapat tempat terbaik di sana ya mbak

    BalasHapus
  2. Sumpah, Bu.... Baca ini kok jadi serasa baca cerpen.... Hahahha...

    BalasHapus
  3. hujan petir gledek dan kilat sepertinya bakalan sering hadir di bulan-bulan musim penghujan...
    semoga Allah SWT melapangkan jalan almarhum Julianto menuju surga-NYA....

    BalasHapus
  4. Smoga Alm. Julianto diterima disisinya..kenangan masa sekolah yg ngak mungkin terlupakan ya Mba.
    Apes bener sih dah petir, mati lampu, hp mati hehe..btw kok senderan ke tembok sih.mbok ya senderan ke suami gitu loh biar anget :P

    BalasHapus
  5. For all, terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentarnya. Kunjungan kalian sungguh memberi makna, thanks sahabat ;)

    BalasHapus

Kunjungan anda adalah harapan bagi saya, tinggalkan jejak anda pada kolom komentar sebagai tanda harapan buat saya. Dan, semoga ini bukan harap-harap cemas :)
Dan diatas semua harapan, saya haturkan terimakasih atas kunjungannya :)

SAYA SUKSES - THE SECRET

The Secret - Rhonda Byrne Datangnya lebih awal. Di luar dugaan. Semesta telah bekerja begitu cepat buat saya. Ini adalah pelajaran berharga ...