Suara itu masih mengaum-aum mengikuti saya, tak peduli kemana saya melangkah.
Sebenarnya saya merasa takut padanya, karena ia selalu membuntuti saya. Bersahabat dengannya, bisa jadi karena ketidaksengajaan saja atau karena saya sudah terjerat rayuan mautnya, sehingga tanpa disadari saya telah menjadi sahabat karibnya.
Perkenalan saya dengannya mungkin sudah berjalan sejak saya kanak-kanak. Tetapi seiring berjalannya waktu saya merasa gerah juga berdekatan denganya terus, saya lebih banyak meruginya dibanding untungnya sehingga saat ini saya memutuskan untuk putus hubungan saja dengannya. Dan ini membuat ia
tidak terima. Ia marah pada saya. Mungkin ia mengganggap saya penghianat
atau seorang yang tidak setia kawan. Atau mungkin juga ia merasa saya telah
meninggalkannya tanpa saya berani terus terang padanya untuk tidak
berhubungan lagi dengannya.
Kenakalan-kenakalan yang kami buat dulu, mungkin tidak separah seperti dikemudian hari, saat saya menjadi beranjak besar - dewasa - dan menjadi tua seperti sekarang. Tetapi kenakalan-kenakalan yang dulu dianggap lucu dan lumrah itu berubah menjadi tidak lucu dan tidak lumrah. Cela-celaan yang dulu hanya lucu-lucuan saja berubah menjadi celaan kedengkian atau menjadi sebuah keirian hati.
Saya memang telah takut
untuk berterus terang padanya, bahwa persahabatan saya dengannya sudah tidak
ideal lagi. Saya merasa dirugikan. Tetapi ia berkata "Apanya yang
rugi ?", tanyanya pada saya suatu waktu. Saya terdiam tak bisa menjawab
atau memberikan satu alasanpun padanya ketika ia mendesak menanyakannya. Yang saya tau saya telah diperbudak olehnya. Saya
sudah merasa seperti tokoh Haji Muhidin atau Hajjah Maemunah saja di sinetron tipi "Tukang
Bubur Naik Haji", yang akan merasa bahagia atau teramat senang jika
melihat orang lain kesusahan. atau sedang ditimpa musibah. Atau ketika diri saya yang sedang dalam kesusahan maka saya akan
menyalahkan orang lain.
Kelakuan yang seperti Haji Muhidin atau Hajjah Maemunah ini sudah seperti mendarah daging saja pada diri saya. Persis seperti mereka, sayapun kadang
merasa diri seorang yang suci layaknya malaikat. Yang selalu mengaku diri sebagai orang benar, seperti yang Haji Muhidin sering katakan
"Saya kan Haji dua kali, Haji Mambrur. Allah itu akan sayang pada orang yang benar seperti saya" katanya. Waah saya sudah ngaco menganggap diri benar. Bagaimana saya bisa menjadi orang benar, jika saya saja masih bersahabat dengannya ?!.
Tapi belakangan ini saya mulai tersadar dari bius rayunya. Saya merasa diri saya ini kotor. Banyak dosa sudah saya perbuat karena bersekutu dengannya. Kesadaran kadang datang setelah suatu peristiwa terjadi. Dan saat kesadar itu datang, tidak ada kata terlambat untuk bertobat.
Akhir tahun 2012 baru saja berlalu, dan diawal yang tahun 2013 ini sayapun ingin memperbaiki diri, menjadi pribadi yang lebih baik. Meski mantan sahabat saya terus menguntit saya, saya tidak boleh tergoda. Saya harus mulai memakai kacamata kuda, hingga saya berjalan lurus tidak perlu tengok kanan atau kiri lagi. Banyak tawaran yang menggiurkan darinya, tetapi saya tidak ingin iman saya tergoda lagi oleh mantan sahabat saya itu.
Jika iman saya saja sudah saya bentengi sedemikian rupa, saya rasa saya tidak akan mudah tergoda oleh apapun juga. Tetapi sssssebentar, si Iman tetangga saya yang ganteng itu masih terus menggoda saya. Memandangi saya dengan tatapan mata penuh nafsu. Merayu saya. Mengajak saya berkencan. Dan sejuta ajakan-ajakan lain.
Disaat lain, ketika anak saya menangis meminta dibuatkan susu, saya malah lagi asik masyuk berciuman dengan si Iman tetangga saya itu. Suara tangis anak saya yang kehausan itu bertabrakan dengan suara helaan nafas kami berdua, yang sudah terkena bius hawa nafsu. Suara itu mengencang, tersenggal, kemudian lambat laun menurun dan melemah, hingga tinggal suara dengkuran nafas saja yang terdengar.
Suara auman si Iblis diluar itu rasanya lebih kencang dari sebelumnya. Seperti suara sebuah kemenangan. Dan saya merasakan auman itu sekarang milik saya. # hiiii amit-amit
Salam,
Auntie Dazzling
masalalu tetaplah masalalu yang selalu berkata jujur pada dirinya sendiri...
BalasHapusMasa lalu adalah pengalaman dalam melangkah kedepan :)
Hapusbangun...bangun.. insyaf dong hehehe
BalasHapusHahaha ini udah bangun dari 'mimpi' sekejap hehe
Hapushmmmm ... ayo bangkit sekali lagi jeng ... #atau saya yg mengaummm???
BalasHapusPlease jangan mengaum ah, aku takut mendengarnya * hehe
Hapus#gak yakin neh kalo takut :P
HapusBener kok takut, ini aja bacanya sambil tutup muka wew :)
Hapusmanusia akan selalu di goda oleh para iblis sampai kapanpun :D
BalasHapusYups, bener banget :)
Hapusterimakasih atas pencerahannya ...d tunggu follow dan komentar balikny :)
BalasHapusThanks follow-nya :)
Hapusikuti kata hati sobat, saya yakin semuanya akan baik baik saja sobat...? enjoy saja dan beri sedikit sikap agak cuek
BalasHapusHehe ... itu mas cuma fiksi kok bukan sebenarnya :D
Hapusgreat blog! would you like to follow each other? let me know!
BalasHapusThanks for visiting
Hapusmakanya kuatkanlah imanmu..
BalasHapusHehe, itu cuma cerita mas ...
Hapushidup emng penuh godaan...
BalasHapus:)
Iman dan godaan kan emang pasangan yang ideal. hehe :)
HapusThanks for visiting :)
BalasHapusini cerita fiksi apa berdasarkan cerita nyata mbak ?
BalasHapusWah say itu fiksi kok cuma dibuat seperti kejadian sebenarnya, jangan sampe deh saya kaya gitu :)
Hapusgodaan dr mna dan.kpan aja ya jeng..butuh perjuangan utk menangkis dr semua serangan itu. krn yg ada jika terbawa arus godaan itu..jelas merugi banyak bgi kita sbg manusia....
BalasHapussmg terhindar dr semua itu...aamiin
Amin, ya Mi itu cuma fiksi aja kok Mi :)
HapusKalau bisa jangan seperti haji muhidin sob. Nanti sia-sia belaka amalannya karena hilang oleh sifat riya.
BalasHapusWah bener banget bro, semoga saja ini hanya cerita & tidak pernah terjadi sesungguhnya :)
Hapuswaw. godaan itu kalo diikuti bisa membuat kita "terlihat hina" sekali dihadapan Tuhan. Maka ayo semangat untuk merubahnya :)
BalasHapusBetul, dan semoga saja itu tidak pernah terjadi dalam kenyataan dan hanya terjadi dalam 'imajinasi nakal' tulisan saya saja hehe :)
Hapusselalu buka mata agar dapat melihat kebenaran :)
BalasHapusSetuju banget Ul :)
Hapus