Kebiasaan, membuat otak tidak berpikir lagi. Ya, sebuah kebiasaan meringankan kerja otak. Otak gak usah harus cape-cape berpikir untuk melakukan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan kita. Semisal, berjalan ; otak kita gak perlu berpikir 'gimana ya cara berjalan itu?'. Nah, hubungannya dengan saya pribadi apa ya? Jelas, ada dong. Mungkin salah satu penyebabnya di bawah ini ;
Baru-baru ini, saya tersadar akan
kebiasaan saya yang jarang menulis. Mengaku, gemar
dunia tulis menulis tapi tidak ada yang ditulis. Apa itu namanya?
Menulis adalah napas dari seorang penulis. Karena menulis adalah napas, maka ketika ia tidak menulis berarti ia tidak bernapas. Mati. Entah suri, entah bukan. Karena tak ada kehidupan, maka tak ada yang dihasilkan. Maka ketika seseorang mengaku diri sebagai penulis maka harus ada yang tulisan yang dihasilkan. Jika ia tidak menulis, itu artinya ia bukan seorang penulis.
Sebagai seorang yang mempunyai mimpi menjadi seorang penulis beneran, seharusnyalah kebiasaan menulis itu dijadikan rutinitas keseharian saya, sehingga otak tidak harus diperintah lagi untuk menulis. Tetapi, dengan rutinitas yang dilakukan setiap hari, dengan mudah otak akan melakukannya sendiri tanpa harus diperintah.
Sebagai seorang yang mempunyai mimpi menjadi seorang penulis beneran, seharusnyalah kebiasaan menulis itu dijadikan rutinitas keseharian saya, sehingga otak tidak harus diperintah lagi untuk menulis. Tetapi, dengan rutinitas yang dilakukan setiap hari, dengan mudah otak akan melakukannya sendiri tanpa harus diperintah.
Kemalasan saya untuk menulis sebenarnya berawal dari ketiadaan komputer. Alasan inilah yang selalu menjadi batasan saya. Saya jadi membatasi diri. 'Ah, malas gak ada komputer', itulah batasan yang telah saya buat sendiri. Ketiadaan komputer selalu dijadikan kambing hitam oleh saya. Sedangkan, jika kita mempunyai passion akan suatu hal, sebenarnyalah kita bisa mendobrak segala batasan-batasan itu. Batasan yang membelenggu diri, sehingga kata excuse sangat mudah diberikan pada diri sendiri. 'Wajar saja gak nulis, kan gak ada komputernya', begitu kira-kira salah satu excuse yang mudah terucap. Saya teringat, jaman dulu di kala era komputer atau internet belum booming seperti sekarang ini, yang namanya menulis itu ya nulis saja di kertas, titik. Yang diperlukan hanya pulpen dan kertas, tidak lebih. Gak perlu itu yang namanya komputer, lah wong pake mesin tik saja sudah top markotop! Tapi, sekarang saya malah banyak alasan ina, ini, inu, untuk memperkuat alasan mengapa saya tidak menulis. Memang betul saya tidak ada komputer, tapi kan pake hp masih bisa kalau gak mau nulis pake pulpen dan kertas. Kan nanti mudah saja saya memindahkan tulisan saya tersebut ke komputer atau internet. Tapi itulah salahnya, saya selalu menjadikan alasan itu sebagai kambing hitamnya.
Tapi, saat ini saya sangat ingin menulis. Maka saya pun menulis lah di sela-sela jam istirahat kerja, pakai fasilitas kantor. Nah, sebenarnya kalau alasannya komputer kan saya masih bisa pakai komputer fasilitas kantor pada jam-jam istirahat atau jam-jam senggang?! Ya, memang alasan-alasan itu sebenarnya hanya excuse buat diri sendiri untuk membuat diri merasa tidak bersalah. Kalau sudah begini, siapa yang salah? Gak punya komputer kah atau rasa malas yang selalu saya nina bobokan bak anak emas yang di nanti-nanti bertahun-tahun? Jawabannya sudah bisa terbaca dengan jelas, 'saya lah yang bodoh, terbuai dengan alasan-alasan yang gak penting itu'.
"Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia, Ku ingin ku lupakannya", lagu Lumpuhkanlah ingatnku dari Geisha itu rasanya berbanding terbalik dengan cara kerja otak. Karena sesuatu yang sudah terprogram itu sama dengan melumpuhkan kerja otak. Otak tidak lagi harus bekerja keras karena ia sudah terprogram, mengenal apa yang harus dikerjakan. Karena itu merupakan kebiasaan alias rutinitas. Itu artinya jika yang dimaksud lagu di atas bahwa otak harus menghentikan ingatan kita tentang seseorang yang sebelumnya sudah terprogram di otak kita dengan rapi. Maka hasilnya akan NOL besar, karena orang tersebut telah terprogram di dalam otak kita. Kebiasaan memikirkan seseorang itu membuat otak kita sudah tidak perlu berpikir lagi jika harus mengingat orang tersebut. Karena dalam alam bawah sadar kita sudah ada program wajah, tingkah laku dan segala tetek bengek tentang orang tersebut. Tanpa disadari otak telah dilatih untuk tak berpikir lagi alias melumpuhkan atau menumpulkan kerja otak. Jadi, jika ingin melupakan seseorang yang sudah terprogram dalam otak kita, caranya ya dengan program baru. Cara memprogram baru otak adalah dengan tidak memasukan kembali 'orang tersebut' ke dalam memory kita alias ke dalam alam bawah sadar kita. Sehingga 'orang' tersebut dengan sendirinya terdelete dari alam bawah sadar kita. Dari otak kita.
Ngomongin tumpulnya otak bukan berarti otaknya tumpul alias bodoh itu, tetapi tumpul disini otak tidak harus berpikir lagi untuk mengetahui atau melakukan sesuatu. Contohnya rutinitas makan ; otak sudah tidak perlu lagi berpikir bagaimana caranya membuka mulut kemudian memasukan makanan ke dalam mulut. Secara otomatis kegiatan makan akan berjalan tanpa perlu bantuan otak untuk berpikir bagaimana caranya makan. Karena cara makan sudah terprogram dalam alam bawah sadar kita sejak kita bayi.
Mungkin, definisinya adalah kebiasaan membuat alam bawah sadar kita terprogram dan kerja keras otak tak diperlukan lagi. Ibarat menumpulkan kerja otak {;bukan bodoh}.
Balik topik. Seharusnyalah kebiasaan menulis menjadi prioritas utama saya selain membaca, jika saya ingin benar-benar menjadi seorang penulis. Ilmu memang saya tak punya, tetapi saya yakin jika kebiasaan-kebiasaan baik yang dimilki seorang penulis itu ada pada saya, kelak saya pun akan jadi penulis sesungguhnya {amin}.
Saya teringat kata-kata Deddy Cobuzeir pada suatu hari di program tv Hitam Putih "Remember that you have to be beautiful, you see beautiful"
Dan, mimpi itu masih bergaung dalam alam bawah sadar saya. Menghantui hidup saya.
I will live my dream.
Tapi, saat ini saya sangat ingin menulis. Maka saya pun menulis lah di sela-sela jam istirahat kerja, pakai fasilitas kantor. Nah, sebenarnya kalau alasannya komputer kan saya masih bisa pakai komputer fasilitas kantor pada jam-jam istirahat atau jam-jam senggang?! Ya, memang alasan-alasan itu sebenarnya hanya excuse buat diri sendiri untuk membuat diri merasa tidak bersalah. Kalau sudah begini, siapa yang salah? Gak punya komputer kah atau rasa malas yang selalu saya nina bobokan bak anak emas yang di nanti-nanti bertahun-tahun? Jawabannya sudah bisa terbaca dengan jelas, 'saya lah yang bodoh, terbuai dengan alasan-alasan yang gak penting itu'.
"Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia, Ku ingin ku lupakannya", lagu Lumpuhkanlah ingatnku dari Geisha itu rasanya berbanding terbalik dengan cara kerja otak. Karena sesuatu yang sudah terprogram itu sama dengan melumpuhkan kerja otak. Otak tidak lagi harus bekerja keras karena ia sudah terprogram, mengenal apa yang harus dikerjakan. Karena itu merupakan kebiasaan alias rutinitas. Itu artinya jika yang dimaksud lagu di atas bahwa otak harus menghentikan ingatan kita tentang seseorang yang sebelumnya sudah terprogram di otak kita dengan rapi. Maka hasilnya akan NOL besar, karena orang tersebut telah terprogram di dalam otak kita. Kebiasaan memikirkan seseorang itu membuat otak kita sudah tidak perlu berpikir lagi jika harus mengingat orang tersebut. Karena dalam alam bawah sadar kita sudah ada program wajah, tingkah laku dan segala tetek bengek tentang orang tersebut. Tanpa disadari otak telah dilatih untuk tak berpikir lagi alias melumpuhkan atau menumpulkan kerja otak. Jadi, jika ingin melupakan seseorang yang sudah terprogram dalam otak kita, caranya ya dengan program baru. Cara memprogram baru otak adalah dengan tidak memasukan kembali 'orang tersebut' ke dalam memory kita alias ke dalam alam bawah sadar kita. Sehingga 'orang' tersebut dengan sendirinya terdelete dari alam bawah sadar kita. Dari otak kita.
Ngomongin tumpulnya otak bukan berarti otaknya tumpul alias bodoh itu, tetapi tumpul disini otak tidak harus berpikir lagi untuk mengetahui atau melakukan sesuatu. Contohnya rutinitas makan ; otak sudah tidak perlu lagi berpikir bagaimana caranya membuka mulut kemudian memasukan makanan ke dalam mulut. Secara otomatis kegiatan makan akan berjalan tanpa perlu bantuan otak untuk berpikir bagaimana caranya makan. Karena cara makan sudah terprogram dalam alam bawah sadar kita sejak kita bayi.
Mungkin, definisinya adalah kebiasaan membuat alam bawah sadar kita terprogram dan kerja keras otak tak diperlukan lagi. Ibarat menumpulkan kerja otak {;bukan bodoh}.
Balik topik. Seharusnyalah kebiasaan menulis menjadi prioritas utama saya selain membaca, jika saya ingin benar-benar menjadi seorang penulis. Ilmu memang saya tak punya, tetapi saya yakin jika kebiasaan-kebiasaan baik yang dimilki seorang penulis itu ada pada saya, kelak saya pun akan jadi penulis sesungguhnya {amin}.
Saya teringat kata-kata Deddy Cobuzeir pada suatu hari di program tv Hitam Putih "Remember that you have to be beautiful, you see beautiful"
Dan, mimpi itu masih bergaung dalam alam bawah sadar saya. Menghantui hidup saya.
I will live my dream.
My Note : Kebiasaan yang terprogram dalam alam bawah sadar kita, sama dengan melumpuhkan kerja otak :)
Salam,
Auntie 'eMDi' Dazzling
Aku juga sering dihinggapi rasa malas untuk menulis Mbak >.< seperti sekarang ini.... hufttttt
BalasHapusHaii Dwee, Iya kadang rasa malas bisa lebih agung dari membaca dan menulis #sebel
Hapus